Sampah plastik tersebut kemudian hanyut ke laut dan memenuhinya dengan lautan sampah plastik. Data ini menjadikan Indonesia sebagai pengotor laut dengan sampah plastik kedua di dunia setelah China. Hasil penelitian lain menyebutkan ada sekitar 11,1 miliar benda-benda plastik di terumbu karang di seluruh Asia-Pasifik.
Sampah plastik yang tidak terbawa air ke laut akan mengendap di dalam tanah dan membuat tidak subur dan mencemari tanah tersebut. Sedangkan sampah yang belum sempat dikelola akan menggunung dimana-mana, menyebankan bau tak sedap menjadi penyebab polusi udara, lalu menambah daftar beban bagi bumi yang menyangga sendiri efek buruknya. Ada lagi yang dibakar, dengan akibat yang sama buruknya bagi kesehatan.
Gambaran ini hanya sekelumit dari efek buruk penggunaan plastik dalam kehidupan kita sehari-hari. Efek negatif lain masih mengintai lagi, seperti menjadi berkurangnya nilai gizi yang kita konsumsi karena cara-cara pengolahan dan penyajian yang kurang tepat. Gaya hidup baru yang memilih hal serba instan, akan menyebabkan penyakit datang dengan cara instan pula, mudah dan cepat. Jika bahaya nyata menunggu kita, apakah kita hanya diam saja?
Bahaya yang ditimbukan akibat kebiasaan instan yang kekinian, mestinya membuat kita sadar dan berusaha memperbaiki pola hidup kita.
Memasak sendiri adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan keluarga dan memperpanjang usia bumi. Tantangannya bukan pada sempitnya waktu atau ketidakmampuan memasak, karena untuk dua kesulitan ini bisa disiasati. Tantangan terberat ada pada tekad, kemauan yang kuat untuk memperbaiki keadaan.
Tentang waktu, pengaturan jadwal mempersiapkan dan memasak makanan sangat mudah dilakukan. Ketersediaan bahan makanan sehat pun sebenarnya sudah jauh lebih mudah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Resep masakan termasuk cara pengolahan tersedia bebas di internet yang bisa kapan saja kita akses.
Jadi sekali lagi, tinggal mau atau tidak melakukannya. Alasan lain memilih membeli makanan siap saji adalah ketika kita melakukan perjalanan, dengan alasan kepraktisan.
Saran saya, jika dalam perjalanan bawalah tempat makan yang bisa dibersihkan dan dipakai kembali, bukan plastik sekali pakai lalu dibuang. Makan dengan alat makan yang aman tentu saja membuat kita lebih nyaman menikmati makan di perjalanan.
Jika ingin sekaligus "membeli suasana" selain makanan, maka biasakan makan ditempat untuk mengurangi penggunaan plastik. Nikmati waktu istimewa dengan makan bersama keluarga tanpa membuat dosa setelahnya-menyisakan sampah plastik dimana-mana.
Lalu, mulai dari mana kalau bukan kita sendiri? Masing-masing orang harus ikut bertanggung jawab akan masa depan. Paling tidak biarkan bumi ini berumur lebih panjang, dan kita bisa menikmati sisa usia dengan lebih sehat. Ayolah, kalau bukan untuk kita, lakukan ini untuk anak cucu kita. Jadi, masak sendiri, yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H