Pada suatu perbincangan dengan seorang rekan jurnalis yang tak punya afiliasi politik karena bertugas di bidang ekonomi, dia mengatakan bahwa sejatinya Prabowo adalah Capres terbaik saat ini.
“Bagaimana melihatnya? “ kata saya.
“Karena apapun kelakuannya, dia punya track yang bisa dicek. Backgroundnya jelas,” katanya. Dia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa semua orang Indonesia bisa mengecek siapa keluarganya termasuk relasinya dengan penguasa Orde Baru. Dia juga mengingatkan kiprah Prabowo bagi Indonesiayang bisa ditanyakan kepada mantan koleganya, mantan anak buahnya dan para jurnalis yang pernah meliputnya.
Begitupun dengan hal-hal yang disangkakan padanya. Isu pelanggaran HAM dan lain-lain. “ Rakyat juga harus jeli bahwa dalam kasus itu ada Jenderal yang mengorbankan dan Jenderal yang dikorbankan. Siapa yang mengambil untung dan namanya tetap bersih di kasus itu dan siapa yang dikorbankan dan namanya menjadi kotor?,” katanya.
Begitu juga ketika Prabowo dipanggil pulang ke Indonesia oleh Presiden Indonesia kala itu, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Usai kerusuhan Indonesia di tahun 1998, Prabowo menyingkir ke Yordania karena namanya selalu dikait-kaitkan dengan beberapa kasus di tahun 1997 – 1998.
Gus Dur yang terkenal dengan pluralis dan demokratis memanggil Prabowo dengan beberapa sebab. “ Karena waktu itu Gusdur punya sedikit masalah dengan Wiranto, lalu dia punya ide untuk memanggil pulang Prabowo. Dengan begitu, Wiranto akan berhadapan sendiri dengan Prabowodan menggeser masalah anatara Wiranto dan Gus Dur,” katanya.
Setelah pulang ke Indonesia, Prabowo memang berusaha mengklarifikasi beberapa masalah yang mengkambinghitamkan namanya. Tak mau berkutat pada stigma yang salah, dia berbuat sesuatu untuk masa depannya sendiri dan masa depan banyak orang. “Dia merangkul HKTI, membuat beberapa perusahaan dan menampung pada veteran cacat yang tak bisa diurus negara,” katanya.
“Tak mudah bagi seorang yang sedemikian dihujat oleh jutaan orang untuk bangkit lagi dan berbuat sesuatu berguna bagi orang lain, “ kata teman saya itu. Jadi, lanjutnya lagi, jika dia jadi capres, agendanya pasti juga sudah jelas karena dia terbiasa di militer yang sangat persaingannya sangat ketat.
Saya jadi ingat Visi Misi Prabowo -Hatta yang diserahkan ke KPU yang hanya tujuh halaman. Tapi diakui banyak orang visi misinya sangat jelas, detail meski singkat dan mengena. Bentuknya pointers dengan narasi yang padat. Berbeda dengan visi misi jokowi yang berpuluh-puluh halaman dan tak pointers.
Dia beralih kepada Jokowi.
“ Kita tahu bahwa banyak orang jatuh cinta pada Jokowi karena kesederhanaannya.Tapi itu saja tak cukup untuk negara besar seperti Indonesia yang persoalannya sangat complicated,” lanjut teman saya itu. Keinginan Jokowi menjadi Presidenpun, menurutnya bukan panggilan hatinya, namun karena disorong-sorong pihak lain seperti partai dan orang kuat seperti Megawati. “ Kita mustinya paham kekhawatiran banyak pihak jika nantinya Jokowi tidak bisa mandiri soal keputusan,” katanya.
“Jadi, apapun kupikir memang Prabowo lah capres terbaik saat ini. Negara kita membutuhkan orang seperti dia; tegas dan mandiri dalam berkeputusan.Negara kita nyaris karam karena ketidakberdayaan presiden sebelumnya dan terlalu beresiko menyerahkan negara kita kepada orangsipil seperti Jokowi, “ kata teman saya itu.
Saya terdiam mendengar penjelasannya yang panjang. Sampai kami berpisahpun, kata-katanya masih terngiang di benak saya.
“ Jika Prabowo Jadi Capres, agendanya pasti sudah jelas,”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H