Misalkan, memasang foto yang menghadap ke kaca, foto selfie di mobil, foto otot perut, memasang kata-kata  standar di bio seperti: 100% muslim, Batak & Christian, I am a simple guy, looking for serious relationship, have fun with me, bahkan banyak sekali yang tidak memasukkan kata apapun yang penting pasang foto ganteng. Tepok jidat! Ketiga, banyak yang tidak pandai memulai obrolan. Mayoritas, mereka hanya menyapa dengan kata: hi, hello, nice to match you. Sekian. Come on guys, you can do better!Â
Keempat, ujung-ujungnya maunya ena-ena. Sudah tidak perlu dijelaskan lagi bagaimana sebagian besar dari mereka bisa dengan cukup frontal meminta sesuatu yang lebih. Padahal, jelas sekali ya dari foto yang saya pakai saja semuanya tertutup, gak ada sama sekali yang seksi. Hahaha.
Saya juga menjadi banyak kenal dengan laki-laki yang ternyata sudah punya pacar, ternyata sudah lamaran, ternyata sudah menikah, dan ternyata duda. Memang kita harus pintar-pintar mencari tahu, sebelum di-kibulin. Â
Cerita lain, teman saya (laki-laki dan sudah menikah) bercerita bahwa dia tertarik bergabung di Tinder karena penasaran. Banyak hal yang menjadikan dia penasaran, karena konon masa mudanya lurus-lurus saja. Dia memperlihatkan kepada saya bahwa ternyata banyak juga perempuan yang hanya untuk senang-senang saja di Tinder.Â
Terbukti, dia matched dengan 2,000 orang! Iya, kalian tidak salah baca. Sebanyak itu. Saya sampai bercandain dia, "heh! kamu swipe right semuanya ya sampai bisa matched dengan sebanyak itu!!". Dia senyum-senyum saja.
Dia juga memperlihatkan obrolannya dengan beberapa perempuan - mayoritas yang dia mau ajak bicara adalah perempuan yang cantik tapi intelek. Memang obrolannya cukup bermutu tapi ujung-ujungnya mereka tidak malu-malu untuk berlanjut ke hubungan ena-ena. Oh, dunia.
Kalau saya ibaratkan ya, Tinder itu seperti dunia tersendiri yang orang tidak banyak ketahui. Sisi gelap seseorang bisa kita ketahui melalui Tinder.
Sungguh banyak yang saya tahu, laki-laki yang dianggap teman-temannya adalah sosok yang inspiratif, pintar, sukses di pekerjaan, pokoknya panutan. Tetapi, mereka tidak tahu bahwa orang ini sebenarnya ada sisi lain yang cukup bikin kaget karena di luar perkiraan.
Somehow, based on my personal experience, foreigners are actually more polite and have manner than Indonesian men when it comes into conversation on Tinder. Hehe.
Bagaimana bisa fokus, baru saja mengobrol dengan satu orang kemudian kita matched dengan orang lain yang lebih oke. Baru saja kita nyambung dengan seseorang kemudian ada hasrat untuk mencoba swipe-swipe lagi dan akhirnya menemukan yang lebih hijau lagi. Kita menjadi tidak pernah puas.