Mohon tunggu...
Prakasita Nindyaswari
Prakasita Nindyaswari Mohon Tunggu... Administrasi - Gula Jawa

Love coffee and cheesy jokes. Passionate in arts and cultures. International Relations graduate, but currently into Law.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Emosi Naik Transjakarta

28 Januari 2014   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318839" align="aligncenter" width="620" caption="sumber: http://lipsus.kompas.com/"][/caption]

Selamat siang para kompasianers. Apa kabar? Baik dong ya? Saya juga baik. Hehe. Saya mau sedikit cerita disini, tentang sesuatu yang cukup mengganggu saya saat saya menggunakan armada Transjakarta tepatnya pada hari Senin minggu lalu. Oke, meskipun agak sedikit terlambat buat posting, tapi saya harap tulisan ini bisa cukup mewakili mereka-mereka para pelanggan Transjakarta.

Jadi, waktu itu, saya dan seorang teman saya pergi menuju daerah Blok M dengan menggunakan Transjakarta dari daerah Thamrin. Pada awalnya, kami berniat berangkat dari shelter Sarinah, tetapi.. melihat antrian yang luar biasa ular naga panjangnya, saya dan teman saya berubah strategj dengan menggunakan metromini dan turun di dekat shelter yang kira-kira ngantrinya masih normal. Karena jalanan Thamrin-Sudirman saat itu macetnya luar biasa, saya dan teman saya memutuskan untuk turun di dekat shelter Tosari, dan memutuskan naik busway dari sana. Awalnya, kita berdua ngerasa lumayan senang karena antriannya ga se-ular naga panjangnya kayak di Sarinah. Tetapi…. lama-lama.. rupanya penumpang semakin menumpuk. Antrian udah enggak beraturan. Jujur rasanya di kepala saya udah seperti mau tumbuh tanduk, saking emosinya melihat situasi yang enggak beraturan sama sekali.

Di shelter yang sempit itu, para penumpang berdesak-desakan menunggu busway dengan tujuan yang beraneka ragam. Enggak cuman yang nunggu busway, tapi juga yang nunggu kopaja. Orang-orang yang menunggu halte tujuan blok m, kota, cililitan, rawamangun, semuanya umplek-umplekan disitu enggak teratur. Dalam kesesakan yang tiada tara itu, dan dalam keadaan udah ngantri lama-lama, tiba-tiba saat itu buswayyang muncul pertama yang jurusan Cililitan. Kita-kita semua yang udah ngantri di bagian agak depan, tiba-tiba didorong-dorong sama penumpang yang mau ke jurusan Cililitan, dan kondisi tersebut diperparah oleh keadaan dimana pada saat yang sama, busway dari arah blok m datang, dan penumpang yang mau naik turun dari dan ke busway tersebut benar-benar tabrak-tabrakan, dorong-mendorong, saking sempitnya ruangan dan jalur antri yang berantakan. Saat itu, busway arah blok m yang ditunggu orang-orang termasuk saya, tidak kunjung datang.

Beberapa saat kemudian, datang kopaja, dan penumpang yang ngantri di bagian belakang, tiba-tiba nyeruduk ke depan dengan terburu-buru takut ketinggalan kopaja. Entah berapa kali sepatu saya diinjak-injak. Haha. Yang bikin saya kesal bukan karena sepatu saya yang diinjak, tetapi lebih kepada “PLIS DEH, INI JALUR ANTRINYA PIYE TOH?”. Semuanya penumpang berubah jadi emosi jiwa raga karena sudah nunggu buswaynya lama, terus penumpang yang keluar masuk juga enggak beraturan. Sampai tiba waktu dimana ada seorang laki-laki yang tiba-tiba menyodok ke barisan depan sambil teriak “saya ke monas, saya ke monas!”. Lalu para penumpang yang udah antri lama-lama pun berteriak, “KITA JUGA MAU KE ARAH MONAS KALI PAK, NGANTRI DONG!”. Saya yang biasanya selow kayak di pulow, saat itu rasanya emosi sampai ke ubun-ubun. Petugas di shelter juga kayaknya bingung mau ngapain lagi karena memang udah enggak bisa diapa-apain, kecuali ngomong, “Tolong kasih jalan buat yang turun…!”, dimana boro-boro mau ngasih jalan, buat gerakin badan sedikit aja sudah susah. Setelah berlama-lama kemudian, tibalah busway arah blok m. Yak, dan dorongan-dorongan pun terjadi. Rasanya orang-orang udah enggak ada lagi sabar-sabarnya. Saya yang berdiri pas di pintu paling depan, sudah berkali-kali hampir jatuh ke jalan.

Saya disini ingin mengatakan, tolong diperbaiki sistem pelayanan bis Transjakarta! Saya bukan pelanggannya, karena saya beruntung ke kantor tinggal pakai ojek, begitupun pulang juga pakai ojek. Tapi, saya cukup prihatin dengan pelayanan Transjakarta yang seperti itu. Boro-boro buat penyandang disabilitas, buat yang normal aja situasi kayak gitu udah bikin emosi. Dengan ditambahnya tujuan armada, begitupun dengan adanya kopaja yang memasuki jalur busway, sistem antrian seperti sekarang ini udah enggak akan bisa efektif. Seharusnya tetap dibikin jalur antri yang berbeda-beda, dan jalur keluar masuk penumpang yang juga harus dipisah. Dengan populasi masyarakat yang menggunakan busway yang jumlahnya sealayum gambreng alias banyak banget kayak gitu, rasanya memang sangat tidak seimbang dengan luasnya shelter yang ada. Akibatnya, berdesakan enggak karu-karuan, ditambah, dengan jalur antri yang enggak jelas. Semuanya jurusan ngantri di pintu yang sama, dan keluar masuk dipintu yang sama. Haduh. Capek deh. Ada bule yang ngantri juga saat itu, dan mukanya juga udah muka emosi.

Lama menunggu busway juga benar-benar harus lebih-lebih diperhatikan. Saat itu saya bisa nunggu 30 menit di shelter sampai saya naik busway. Dengan waktu tunggu seperti itu, rasanya wajar jika penumpang jadi emosi, dan berujung pada dorong-dorongan saking udah enggak sabarnya. Saya juga sering kasihan melihat para penumpang yang antri ular naga panjangnya bin lama di shelter Harmoni dan Dukuh Atas. Para pejabat enggak tau kali ya rasanya berdesakan dan panas-panasan di shelter. Saya jadi ingat, bos saya yang orang Jepang pernah bertanya, kenapa orang Indonesia bisa tahan tumpuk-tumpukan di busway. Dipikir-pikir, iya juga sih. Itu busway tiap jam-jam pulang kantor isinya udah kayak pepes manusia, dengan aroma yang beraneka ragam. Enggak heran kenapa masyarakat masih banyak yang memilih pakai mobil pribadi. Teman kantor saya juga pernah bilang, “duhhh… gue jadi sering overtime di halte busway nih… mending kalau gue overtime di kantor… masih dibayar… huaa..”. Semoga pemerintah DKI Jakarta, bisa meningkatkan pelayanan armada Transjakarta kedepannya, demi kenyamanan dan keamanan bersama ya. Tetap semangat buat para pengguna Transjakarta, semoga selalu dilimpahkan kesabaran oleh Tuhan. Hehe.

Salam,

Sita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun