Halo Kompasianers! Kali ini saya ingin sekali menulis soal Tari Bali dalam rangka mendukung Tari Tradisi Bali Indonesia untuk diinskripsi UNESCO dalam daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia 2015. Sebagai seseorang yang tengah menekuni tarian-tarian Bali, maka tentunya saya tahu persis complicated nya tarian Bali. Dulu saya sempat belajar tari Saman, tari Jawa, tari Jaipong, juga tarian Betawi, dan diantara tarian-tarian itu, Bali lah yang menurut saya yang tingkat kesulitannya paling tinggi. Tarian Bali betul-betul menuntut dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk menari. Semuanya hidup juga sangat detil. Hampir semua gerakannya tidak mudah. Bahkan nih, orang-orang yang jago modern dance sekalipun, hampir pasti kesulitan kalau disuruh menari Bali. Hampir semua orang yang pernah mencicipi tarian Bali, mengakui bahwa jika kita bisa menari Bali maka kita (insha allah) bisa menarikan tarian-tarian dari daerah lain. Tari Jaipong menurut saya juga rumit, ya peringkat kedua deh setelah tari Bali.
Salah satu ciri khas dari tarian Bali adalah nyeledet, yang artinya melirik ke kiri dan ke kanan dengan mata agak melotot. Ada nyeledet yang lembut ada yang tegas. Silahkan cari di dunia tarian mana yang ada gerakan nyeledet? Pasti gak akan nemu. He he. Tari Bali sudah sangat mendunia, lho. Di Amerika misalnya, tari Bali dipopulerkan oleh Gamelan Sekar Jaya, sedangkan di Eropa, tari Bali dipopulerkan oleh Pak Made Agus Wardana. Di Jepang, tidak usah ditanya karena sudah sangat banyak dipopulerkan disana, bahkan oleh orang Jepangnya sendiri. Banyak sekali orang Jepang yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi belajar tari Bali langsung dari sang maestro-maestro di Bali seperti kepada Ibu Ni Ketut Arini. Tarian apa saja sih yang diusulkan untuk diinskripsi UNESCO? Ada tiga golongan tari tradisi yang mewakili yaitu:
1.      Wali - tari Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara
2.      Bebali - topeng Sidakarya/topeng Pajegan, Sendratari Gambuh, Sendratari Wayang Orang
3.      Bali-balihan - Legong Keraton, Joged Bumbung, Barong Kuntisraya
Tari Rejang Dewa (sumber:dwikresnantaka.wordpress.com)
Sebelumnya, saya berbagi sedikit tentang apa sih Wali, Bebali, dan Bali-balihan. Wali itu adalah tarian sakral yang ditampilkan di halaman bagian dalam pura. Tari rejang sendiri adalah tarian yang lemah gemulai yang ditarikan oleh para wanita saat berlangsungnya upacara, sedangkan Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur kerasukan untuk menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala, sedangkan tari Baris Upacara ditarikan oleh para lelaki dengan gerakan yang maskulin. Bebali adalah tarian yang dipentaskan di halaman tengah pura dan sifatnya antara sakral dan hiburan. Topeng Sidakarya misalnya adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi sebuah upacara dan dianggap sebagai pelengkap upacara. Tari ini adalah pamungkas tari persembahan sebelum acara pemujaan bersama. Tari Bali-balihan adalah tari yang murni untuk tujuan menghibur. Joged Bumbung misalnya, itu seperti Jaipong tapi ala Bali.
Kenapa sih harus dinominasikan ke UNESCO? Semuanya pasti ingat tentang Tari Pendet yang digunakan pemerintah Malaysia dalam mempromosikan pariwisatanya. Kita semua protes berat kan? Nah, ini adalah salah satu cara untuk melindungi warisan budaya kita. Pada bulan Juni 2010, Jero Wacik yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, memerintahkan tari tradisi Bali untuk dinominasikan ke UNESCO demi melindungi kebudayaan tradisi bangsa. Hal ini juga merujuk kepada Konvensi 2003 yang mengatur bahwa Indonesia berhak untuk menominasikan warisan budayanya untuk diinskripsi dalam tiga daftar: