Hai Kompasianers! Wah, sudah lama sekali saya enggak posting disini. Mumpung ada waktu luang buat nulis, saya mau berbagi sedikit ah! Boleh ya? Boleh dong. He he. Jadi gini, tahu kan Galeri Indonesia Kaya? Bagi yang belum tahu, saya kasih sedikit info tentang galeri tersebut ya. Galeri Indonesia Kaya atau disingkatnya GIK adalah galeri yang menyuguhkan atau mempresentasikan seni budaya Indonesia dalam bentuk digital. Iya! Jadi disana kita bisa mencari tahu tentang seni budaya Indonesia melalui media digital. Kalau di Taman Mini kita harus muterin semuanya supaya tahu tentang seluk beluk Indonesia, kalau di GIK, kita bisa tahu tentang Indonesia tanpa harus capek-capek berkeringat. Hanya dengan menyentuh layar, kita bisa main berbagai macam alat musik tradisional Indonesia, tahu berbagai macam kuliner khas Indonesia, memainkan permainan tradisional kita, bisa tahu tempat-tempat wisata, baju khas daerah, ah banyak! Pokoknya serba canggih. Disana, kita bisa belajar budaya Indonesia dengan cara yang lebih modern. Lokasinya pun strategis banget, yakni di mal Grand Indonesia. Menurut saya, ini adalah salah satu cara yang smart dalam memperkenalkan budaya bangsa. Banyak masyarakat yang sudah malas ke museum, bercapek-capek ria di Taman Mini Indonesia Indah, atau bahkan sudah enggak begitu peduli lagi dengan seni budaya bangsa. Dengan adanya GIK yang berlokasi di mal paling wah se-Indonesia ini, ini menunjukkan bahwa meskipun kita sudah dijejelin budaya luar, kita tetap enggak lupa dengan budaya bangsa sendiri.
Saya bisa dibilang cukup sering ke GIK. Karena apa? Karena disana sering diadakan pertunjukan-pertunjukan menarik, dan semuanya gratis! Iya, gratis. Kapan lagi coba? Saya jadi bisa nonton pertunjukan-pertunjukan dari para seniman-seniman dan maestro-maestro secara gratis plus interaksinya pun lebih hidup. Karena apa? Jarak antara penonton dan para penampil sangat dekat. Ya, memang ruangannya tidak begitu besar, jarak antara panggung ke kursi penonton lumayan dekat. Memang kekurangannya adalah, ruangannya tidak mampu untuk menampung banyak penonton sehingga kita semua harus booking dahulu via internet jika kita ingin menonton pertunjukan disana. Kalau penampilnya masih belum eksis-eksis banget, kita masih bisa dapat waiting list, tapi kalau penampilnya sudah level maestro dan selebriti, selamat bersusah payah mendapatkan kursi disana. Hehe.
Sebentar-sebentar… ini saya enggak lagi dalam promosi berbayar lho! He he. Lanjut ya. Apalagi sih yang buat saya sering ke GIK disamping gratisannya? Ini dia. Karena disanalah tempat saya untuk belajar mencintai Indonesia lebih dan lebih lagi. Tahu enggak? Sebelum pertunjukan dimulai, seluruh penonton wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Merinding disko! Ada perasaan haru yang timbul ketika setiap kali saya menyanyikan lagu Indonesia Raya disana. Disanalah orang-orang yang menghargai dan mencintai seni budaya bangsa berkumpul dan bersama-sama melantunkan lagu kebangsaan sembari menyelipkan harap bahwa perasaan yang sama pun akan timbul di hati orang-orang lainnya di luar sana. Kalau bukan kita, siapa lagi? Semakin kita mengenal Indonesia, semakin kita sayang sama Negara ini. Serius. Ungkapan, tak kenal maka tak sayang ternyata benar sekali adanya.
dengan ibu bulantrisna djelantik
Beberapa pertunjukan yang sudah pernah saya tonton di GIK diantaranya adalah; Melodi Sumatera Dalam Angklung (interaktif Angklung) dan Tari Saman oleh IKREASINDO dan Liga Tari UI, Nyanyian Aceh dan Nusantara oleh Tompi Feat. Doctor & The Professor, Puisi Legong oleh Bengkel Tari Ayubulan, Lenong Rumpi Modern Menguak Indonesia Kaya dengan bintang tamu Mbak Sruti Respati, Obrog Owok Owok Ebreg Ewek Ewek oleh Teater Alamat, nonton Reog Ponorogo, pernah juga nonton Hedi Yunus sama Melly Goeslow, dan masih banyak lagi. Yang paling berkesan sih, waktu nonton pertunjukan Puisi Legong yang ditampilkan oleh sanggar milik Ibu Bulantrisna Djelantik. Beliau adalah maestro pelestari Tari Legong yang berasal dari Bali itu. Kenapa berkesan? Pertama, karena saya suka menari tarian Bali. Kedua, karena saya suka semangat Ibu Bulantrisna dalam melestarikan budayanya. Sebagai informasi saja, beliau adalah seorang dokter dan sudah menempuh pendidikan sampai dengan S3, lalu masih tetap aktif berkegiatan seni. Hal ini sangat menginspirasi saya, dimana saya pun masih aktif bekerja, tetapi saya memiliki keinginan untuk tetap terus menari dan menjaga budaya bangsa. Saya ingin seperti beliau dimana karir dan passion bisa berjalan beriringan.
Saya selalu berharap akan ada Galeri-galeri Indonesia Kaya yang lainnya di daerah lainnya di Indonesia. Ini penting demi menjaga kelestarian seni budaya tradisi kita. Disisi lain, penting juga untuk belajar menghargai seni budaya daerah lainnya, bukan hanya membanggakan seni budaya tradisi daerah sendiri. Galeri Indonesia Kaya menurut saya sudah cukup membuktikan, bahwa seni budaya tradisi yang kata sebagian orang itu jadul banget, ternyata mampu kok menembus masa yang kekinian ini. Memperkenalkan seni budaya tradisi bangsa yang dibungkus dengan teknologi masa kini, dan… gratis pula! Coba. Saya menunggu banget program-program pemerintah di bidang seni budaya. Saya sih inginnya ada tempat yang oke punya, semacam Sydney Opera House, mungkin? Yang mampu memfasilitasi para pekerja seni budaya untuk berkreasi dan berkarya. Galeri semacam GIK ini pun setidaknya harus ada di kota-kota besar di Indonesia, tidak hanya di Jakarta. Aamiin.
Sebagai penutup, mari kita teriakkan... Cinta Budaya, Cinta Indonesia! wuhuuuu.
P.s: fotonya masih banyak, tapi kok gagal terus ya di upload? :(
Salam,
Sita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H