keamanan sistem informasi menjadi semakin penting. Artikel berjudul "The Behavioral Roots of Information Systems Security: Exploring Key Factors Related to Unethical IT Use" yang ditulis oleh Joseph Valacich, Sutirtha Chatterjee, dan Suprateek Sarker yang membawa kita pada perjalanan mendalam ke dalam permasalahan tersebut. Meskipun artikel ini berasal dari jurnal "Journal of Management Information Systems" tahun 2015, isu-isu yang dibahas didalamnya tetap relevan, termasuk dalam konteks Indonesia yang semakin bergeser ke arah digitalisasi.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan bergantung pada teknologi informasi, isuPentingnya Keamanan Sistem Informasi
Pada era di mana hampir setiap aspek kehidupan kita terkait dengan teknologi informasi, pentingnya menjaga keamanan sistem informasi tidak bisa diabaikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat, menghadapi tantangan besar dalam hal ini. Semakin banyak bisnis dan organisasi yang bergantung pada sistem informasi untuk menjalankan operasi mereka, maka semakin besar pula risiko yang terkait dengan keamanan informasi.
Akar Perilaku Tidak Etis dalam Penggunaan IT
Artikel ini dibuka dengan sebuah pengantar yang menggambarkan betapa pentingnya memahami akar permasalahan perilaku tidak etis dalam penggunaan teknologi informasi. Pengantar ini menyebutkan bahwa masalah-masalah etika terkait dengan IT seperti perampokan perangkat lunak, peretasan, pemalsuan, dan plagiarisme semakin merajalela. Hal ini sesuai dengan situasi di Indonesia, di mana kita sering kali mendengar tentang insiden peretasan dan pelanggaran keamanan data.
Namun, yang lebih menarik adalah fokus pada peran karyawan dalam penyebab pelanggaran keamanan. Dalam konteks bisnis dan organisasi di Indonesia, di mana pemakaian teknologi informasi semakin meluas, peran karyawan dalam menjaga keamanan informasi menjadi sangat penting. Mereka memiliki akses ke data sensitif dan harus bertanggung jawab atas penggunaannya.
Mengeksplorasi Faktor-Faktor Kunci Terkait Penggunaan IT yang Tidak Etis
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi . Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan mahasiswa sarjana sebagai partisipan. Meskipun metode penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan dalam menggambarkan situasi sebenarnya di dunia nyata, hasil-hasilnya memberikan wawasan yang berharga. Berikut faktor-faktor terkait yang dibahas :
- Intensitas moral, yang mengacu pada sifat dan beratnya tindakan, memiliki pengaruh kuat terhadap sikap etis individu terhadap penggunaan IT.
- Pelanggaran privasi, kepemilikan, akurasi, dan akses terkait dengan informasi atau barang informasi dianggap sebagai penggunaan IT yang tidak etis. Ini termasuk tindakan seperti peretasan, spoofing, dan phishing.
- Kurangnya kesadaran eksplisit dapat menyebabkan individu tidak memandang tindakan tertentu, seperti mengunduh materi berhak cipta atau plagiarisme dari internet, sebagai tindakan yang tidak etis. Sensitisasi terhadap penggunaan IT yang etis penting.
- Kontrol teknologi dan sanksi dapat diterapkan oleh organisasi untuk mencegah peluang penggunaan IT yang tidak etis.
Pentingnya Intensitas Moral
Salah satu temuan penting dalam artikel ini adalah pentingnya apa yang disebut sebagai "intensitas moral," yaitu sejauh mana sebuah tindakan dianggap penting dan dapat menimbulkan dampak negatif. Dalam konteks Indonesia, ini bisa diterjemahkan sebagai sejauh mana tindakan penggunaan IT yang tidak etis dianggap serius oleh individu.
Misalnya, seorang karyawan yang menganggap bahwa mencuri data pelanggan dari perusahaan adalah tindakan yang tidak terlalu serius mungkin lebih cenderung melakukan tindakan tersebut. Artikel ini mengingatkan kita bahwa pendidikan dan kesadaran tentang akibat dari tindakan penggunaan IT yang tidak etis penting dalam menjaga keamanan informasi di Indonesia.