Yogyakarta, 2 Agustus 2023 -- Sebuah gebrakan pendidikan terjadi di SMA Negeri 4 Yogyakarta pada tanggal 31 Juli sampai 1 Agustus 2023. Dengan mata pelajaran fisika sebagai fokusnya, guru-guru di sekolah tersebut memperkenalkan model pembelajaran yang revolusioner, yaitu Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT).
PBL tidak hanya menjadi metode pembelajaran, tetapi juga jembatan untuk memperdalam konsep gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Hal yang menarik dari pembelajaran ini adalah penggabungan dengan budaya dan permainan tradisional, di mana peserta didik diajak untuk menerapkan dan menganalisis konsep fisika sambil bergotong royong.
Sebelumnya, pra-siklus mencatat suasana pembelajaran yang monoton, di mana peserta didik kurang antusias dan terlihat bosan. Observasi pada siklus pertama menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam elemen kolaborasi, dengan 64% peserta didik menunjukkan tingkat kolaborasi tinggi. Namun, pembenahan tidak berhenti di situ. Siklus kedua membawa perubahan lebih lanjut, dengan 72% peserta didik mencapai tingkat kolaborasi sangat tinggi.
Data asesmen diagnostik nonkognitif mengungkapkan variasi dalam gaya belajar peserta didik, dengan mayoritas memiliki gaya belajar kinestetik sebesar 61%. Informasi ini menjadi kunci dalam menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih responsif terhadap kebutuhan setiap peserta didik.
Dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, guru berhasil meningkatkan tingkat partisipasi dan keterlibatan peserta didik. PBL tidak hanya mengajar konsep fisika, tetapi juga membentuk keterampilan sosial dan kemampuan bergotong royong, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Pencapaian ini tidak terlepas dari keseriusan guru dan peserta didik dalam menghadapi perubahan. Dari pra-siklus hingga siklus kedua, terjadi peningkatan signifikan dalam elemen kolaborasi, mencapai 54,10%. Hal ini menandai keberhasilan implementasi PBL dan CRT dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik.
Kesimpulannya, inovasi pembelajaran di SMA Negeri 4 Yogyakarta telah membuka pintu baru untuk pendekatan yang lebih efektif dan interaktif. PBL dengan sentuhan budaya lokal tidak hanya memberikan wawasan fisika yang mendalam tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan sosial peserta didik. Dengan prestasi yang gemilang ini, SMA Negeri 4 Yogyakarta menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lain dalam menerapkan metode pembelajaran yang inspiratif dan inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H