BAB IIÂ
TINJAUAN MATERI
2. 1 Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh adalah seni dan ilmu pengetahuan yang mengumpulkan informasi tentang suatu objek, area, atau gejala dengan menggunakan alat untuk menganalisis data tanpa bersentuhan langsung dengan objek, area, atau gejala yang diamati. Data dapat diambil melalui jarak jauh dan dianalisis untuk mengetahui objek, area, atau gejala yang diamati. Ini dapat dicapai dengan menggunakan banyak variasi sensor. Data yang didapatkan melalui jarak jauh dapat berupa distribusi gelombang elektromagnetik, distribusi gelombang akustik, atau variasi distribusi gaya. Jenis data ini diperoleh melalui sensor yang terletak pada gambar dengan merefleksikan energi elektromagnetik dari fitur permukaan bumi, dan kemudian dianalisis untuk memberikan informasi tentang sumber yang diselidiki. Dua proses utama digunakan dalam penginderaan jauh, yaitu akuisisi data dan analisisnya. Komponen yang termasuk dalam proses pengambilan data, yaitu sumber energi, perambatan energi melalui atmosfer, interaksi energi dengan fitur permukaan bumi, transmisi ulang energi melewati atmosfer, sensor airbone, hasil dari pembentukan data sensor pada bentuk gambar digital, menggunakan sensor untuk merekam variasi data pada permukaan bumi yang mencerminkan dan memancarkan energi elektromagnetik.
2.2 Proses Interaksi Pada Penginderaan Jauh
Atmosfer mempengaruhi energi elektromagnetik yang masuk ke alat penginderaan jauh. Spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer adalah jendela atmosfer yang paling sering digunakan dalam penginderaan jauh, karena atmosfer mempengaruhi energi sensor elektromagnetik karena bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini disebabkan oleh hambatan yang disebabkan oleh debu, uap air, dan gas di atmosfer yang menghalangi gelombang elektromagnetik. Serapan (absorpsi), pantulan (refleksi), dan hamburan adalah tiga cara penghambatannya.
Untuk memahami peran laut sebagai reservoir panas, suhu air laut adalah parameter penting. Sifat air laut dan kehidupan yang mendukungnya berubah karena perubahan suhu. Banyak penelitian terfokus pada suhu air laut, terutama mengingat masalah kenaikan suhu laut di seluruh dunia. Faktor meteorologi seperti curah hujan, penguapan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari juga memengaruhi SPL. Oleh karena itu, meskipun ada perbedaan yang relatif kecil, suhu permukaan laut biasanya berubah menurut musim. Algoritma Theoretical Basic Document 25 (ATBD 25) TERRA/Aqua MODIS, yang dikenal sebagai algoritma Brown and Minnett (1999), dapat digunakan untuk mengukur suhu permukaan laut pada band 31 dan 32 [3]. Algoritma tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Sehingga, untuk menghitung suhu permukaan laut, kanal harus dikonversi menjadi suhu kecerahan air dahulu dengan menggunakan persamaan invers fungsi Planck yaitu sebagai berikut :