"Ya harus daftar dong, Mak, kalau tidak nanti Emak bisa hilang di sana."
"Makanya kau daftarkanlah Emakmu ini, biar cepat naik haji dan bisa peluk-peluk Ka'bah."
Tentu saja aku ingin mendaftarkan Emak. Seorang anak pasti sangat ingin membuat Emak bahagia. Tapi aku tidak punya uang. Pekerjaanku sebagai buruh pabrik di perantauan tidak memungkinkan bagiku untuk mendapatkan sejumlah uang yang banyak dan cepat. Jadi, dengan perasaan terenyuh aku bilang pada Emak untuk bersabar.
Aku berpikir realistis saja. Saat ini aku tak punya simpanan uang. Gaji yang kuterima tiap awal bulan seringkali habis dengan cepat secepat angkot menerobos lampu merah. Namun, setelah mendengar impian Emak aku tersadar bahwa ternyata menabung itu penting!
Kesadaranku soal menabung ini tidak semata-mata agar punya tabungan, melainkan tentang rencana masa depan. Aku semakin ngeh untuk menabung ketika Pak Haji Dulah bercerita bagaimana caranya bisa naik haji. Sudah kukatakan di awal kalau dia bekerja serabutan. Apa saja dia kerjakan asal halal. Rupa-rupanya, di balik kerja serabutan itu dia punya rencana yang tersusun rapi. Sebagian besar upahnya dia tabung, setiap kali, selama dua puluh tahun, seraya merawat cita-citanya untuk ke Baitullah.
Luar biasa sungguh Pak Haji Dulah itu, dia menabung dengan terencana!
Mulai aku mencari-cari informasi tentang lembaga keuangan semacam bank yang aku bisa "menabung terencana" seperti guru ngajiku itu. Ternyata banyak sekali. Banyak bank yang menawarkan produknya dengan embel-embel "planning".
Misalnya begini: Kamu punya target menikah diumur 27 tahun. Dan biaya nikah yang kamu impikan itu sebesar 30 juta. Sedangkan pekerjaanmu buruh pabrik sepertiku, yang boros, dan yang tak tahan melihat harga diskon. Maka bank punya solusinya. Kamu bukalah tabungan "planning" itu. Kamu bisa menyetor uangmu secara rutin tiap bulan. Hingga suatu hari tanpa terasa, ketika kamu kebelet nikah pada umur yang telah ditentukan.... jreng... jreng.... Modal nikah kamu sudah cukup. Hore!
Nah itu cuma contoh. Aku sendiri tidak membuka tabungan rencana menikah karena aku sudah menikah dan tak mau menikah dua kali. Yang mau aku lakukan adalah menabung rencana haji untuk Emakku tercinta.
Karena aku memiliki tanggung jawab menghidupi perekonomian keluarga sendiri, tak mungkinlah aku menyetor seluruh atau sebagian besar gajiku untuk tabungan haji seperti yang dilakukan Pak Haji Dulah. Bisa-bisa jatah belanja bulanan istriku menyusut kering. Bisa-bisa pecah perang dunia ketiga. Untuk itulah aku mulai menyeleksi bank mana yang menawarkan kelonggaran untuk nasabahnya. Intinya aku mau menabung haji dengan setoran perbulan yang fleksibel sesuai kemampuanku.
Dan ternyata ada. Di bank Danamon bukan cuma "fleksibel sesuai kemampuan", tapi aku bisa menabung berapapun jumlah nominal yang aku mau. Jadi, aku sendiri yang menentukan berapa rupiah yang akan aku tabung bulan ini. Begitu pula bulan berikutnya, berikutnya dan seterusnya. Yang lebih oke banget adalah fiturnya yang auto-debet. Ini cocok sekali utukku yang jadwal kerja sangat ketat sehingga tidak dapat pergi ke bank sewaktu-sewaktu. Antri lama di teller pula. Kita kerja saja seperti biasa dengan tenang, biarkan sistem bank yang mengambil sendiri setoran dari rekening kita. Dan itu tanpa biaya admin. Wow!