Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang, Menghadapi Tantangan Menjadi Kesenian Lintas Masa (Bag. 1)

16 Juli 2012   18:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wayang bagi saya adalah sebuah produk yang sangat amat menarik, sangat bisa dijual kepada siapapun, lintas negara, lintas manusia, lintas usia, dan lintas golongan, untuk kemudian bisa menjawab tantangan menjadi kesenian lintas masa yang tak kehilangan peminat dan tetap asyik untuk dinikmati di setiap era/masa. Tergantung bagaimana cara kita mengemas wayang sekreatif dan seatraktif mungkin.

Meskipun saya bukan pikulun dari kahyangan marketing, atau akademis ilmu marketing, tapi saya yakin semuanya setuju bahwa rukun wajib ilmu marketing yang paling dasar (Pertama) adalah mengenal produk yang akan kita jual, dalam hal ini adalah mengenal kesenian wayang, setelahnya baru kita bisa go...!! ke next step lainya. Menentukan siapa target sasaran dari produk yang akan kita jual dan lain-lainya. Bagaimana mungkin kita akan berhasil menjual produk ke customer jika kita tidak mengenal produk yang akan kita jual, atau istilah marketingnya kalau tidak salah adalah Product Knowledge.

Ya, kasarnya bagaimana orang akan tahu wayang yang sudah menarik itu memang menarik, kalau kita tidak memberi tahu dimana sisi menariknya?. Wayang penuh falsafah hidup, terdapat ibrah, hikmah, suri tauladan, dan bla... bla... bla... itulah yang orang awam tahu tentang wayang, tapi bagaimana kalau wayang yang sudah menarik itu hanya dijual dengan kemasan itu-itu saja. Kiranya, sudah cukup pagelaran wayang semalam suntuk cuma ditonton orang jawa saja, atau pecinta wayang lokal saja, yang rata-rata didominasi orang-orang tua. Ide-ide segar dalam mengemas wayang dari berbagai segi harus senantiasa dimunculkan dan dialirkan terus menerus tidak hanya oleh praktisi wayang saja tapi masyarakat pun bisa untuk menyumbang ide-ide segar tadi.

Marketing wayang gaya baru belakangan bermunculan dan saya sangat mengapresiasi sekali. Salah satunya seperti baru-baru ini PT. DJARUM melalui Djarum Apresiasi Budaya dan MSP Enterrtaiment serta Mirwan Suwarso yang telah sukses memberikan gebrakan dunia pertunjukan Indonesia melalui lakon "Jabang Tetuko" di tahun 2011 serta disusul di tahun 2012 pagelaran drama sinema berjudul "Gatotkaca Kembar - The Evil Within" pun telah rampung dan sukses dibesutnya tepatnya hari sabtu, 2 Juni 2012 di The Hall, Senayan City. Pertunjukan teater yang mengangkat cerita wayang dengan mengkombinasikan tiga media kesenian yaitu wayang purwa tradisional pakeliran, gamelan, dengan seni teater dan film dalam satu pertunjukan, cerita mengalir melalui tiga mode media kesenian yang berbeda, dari wayang tradisional berpindah ke layar film dan masuk ke arena teater yang gempita. Salut!.

Hajatan dari Djarum Apresiasi Budaya dan MSP Entertaiment ini membuktikan bahwa seni pertunjukan wayang pun bisa dibawa masuk kedalam Hall mewah sekaliber Senayan City, mementahkan anggapan dan kelaziman pertunjukan wayang yang umum digelar di lapangan sepakbola dialun-alun kecamatan saja. Melalui pertunjukan ini pula terbukti bahwa wayang bukanlah pertunjukan yang segmented penikmatnya terbukti pada saat hari H-nya dari mulai ABG yang berkerudung, gondrong, sampai bertato, orang tua dan anak-anak kecil turut ruah dan sangat menikmati sajian pertunjukan dari awal sampai akhir.

Inilah yang saya sebut kemasan produk yang berbeda dari kesenian wayang, sangat pintar dan mengagumkan, kreaktif dan atraktif, dengan menggandeng artis-artis ibu kota yang notabene menjadi daya tarik sendiri untuk kalangan anak muda, nama-nama seperti Tora Sudiro, Aqi “Alexa”, Volland Humanggio dan Titi DJ, serta penampilan yang tak kalah memukau dari bintang tamu Max Morgan dan Camile Guaty yang pernah membintangi serial “Prisson Break” yang dalam pertunjukan itu berperan menjadi pasangan ibu dan anak Betari Durga dan Batara Kala.

[caption id="" align="alignnone" width="565" caption="Image : www.tribunews.com"][/caption]

Saya kira semakin banyak perusahaan-perusahaan yang tak sekedar turut prihatin terhadap kesenian wayang yang semakin ditinggalkan dan kurang diminati generasi muda ikut andil besar memberikan infus vitamin untuk kesenian pertunjukan wayang di nusantara. Untuk membendung budaya luar yang sudah kadung membanjiri, dan nyaris menggerus budaya dan kearifan nusantara seperti wayang dan sejenisnya, mungkin tidak bisa. Tetapi, paling tidak dengan hajatan-hajatan sejenis dan semakin banyak tercetusnya ide-ide pengemasan pertunjukan wayang dalam berbagai bentuk akan menjadi semacam cerucuk-cerucuk yang akan sedikit memperlambat derasnya arus budaya barat.

Pada akhirnya tugas untuk melestarikan kebudayaan wayang adalah tanggung jawab kita semua, tapi sayang paling aware dengan pendidikan dirumah. Ya, orang tua adalah pilar awal yang mengenalkan wayang sejak dini kepada anaknya yang akan menjadi benih baru, punggawa-punggawa muda yang akan menjawab tantangan akan kelangsungan hidup kesenian wayang, dari masa ke masa.

Bersambung...

Salam Wayang.

[caption id="attachment_188115" align="alignnone" width="450" caption="Image : www.festivaldalngbocah.com"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun