[caption id="" align="alignnone" width="300" caption="Arsip Desa Rangkat"][/caption]
“Jangan terima uangnya , jangan coblos calonya” jargon yang tertulis pada kaos oblong berwarna hitam, bergambar semar yang dipakai Ki Dalang.
“Ingat mas vote! Nurani…” ujar ki dalang pada kang inin, Om Garong, dan RM Taufiq El-hida (RM bukan Raden Mas tapi Remaja Masjid) yang sedang kongkow di pos ronda, sementara mulut-mulut mereka gemeretak merenyah keripik singkong khas sekar mayang.
“Ngga ada calon yang namanya Nurani kidaaaall… ada juga, Bocing, Sekar Mayang, Pak Ibay, dan mba Asih… jadi gimana atuh kidal?” sergah kang inin.
Ki dalang dan yang lainya tersenyum. “Hati nuranimu disini kang…” lanjut ki dalang sambil menekan dada sebelah kiri kang inin yang kerontang
“wadawww… jangan ngremas dong ki… kalau mau colek colek aja…” teriak kang inin kaget dengan remasan ki dalang di dadanya nafsu meureun ki dalang teh…
“Nah, itu apalagi ki… kaos pakai disablon-sablon kayak gitu… terus kenapa pas mentas wayang kemarin ki dalang banyak nyindir masalah politik uang dalam pilkada, sogok-sogokan, serang-serangan…” Tanya om garong.
“Jangan terima uangnya , jangan coblos calonya” jargon yang tertulis pada kaos oblong berwarna hitam, bergambar semar yang dipakai Ki Dalang.
“Pilkades atau pemilihan yang lain bukan masalah pemilihanya om garong… ini masalah etika masing-masing calon dalam pemilihan dan etika kita sebagai calon pemilih yang harus mempertanggung jawabkan apa yang akan kita pilih, karena bukan sembarangan ditangan merekalah beberapa periode kedepan desa kita akan di bawa…?”
“Apalagi kalau ada calon yang memakai uang untuk membeli suara istilah saya membeli hati nurani…hemmm..”
“Nah, itu gimana ki? Katanya kita terima saja uangnya tapi ngga usah nyoblos orangnya…?” Tanya kang inin agak cerdas
“Kalau buat saya bukan masalah duitnya kang… tapi ada kadiiiiisss…mengatakan…”
“HADIIIIIIIIIIITTTTSSSS….! Kok Kadis” Kompak Kang inin, kang el hida, dan om garong menyela paparan ki dalang.
“Ya… gitulah, Bismillahirrohmaanirrohiim… Arrosi Wal Murtasi Finnar… Penyogok dan penerima sogokan njebur ke neraka semua…” mendengar penekanan pada ucapan Njebur ke neraka mereka bertiga membuang keripik singkong yang sedang mereka kunyah dari salah satu bakal calon kades rangkat.
Ki dalang terkekeh “lagian.. kalau dari awal sudah main duit pasti nanti kalau sudah menjabat bakal korupsi untuk mengembalikan dana yang sudah dikeluarkanya untuk sogok sana-sini, masa demi majunya rangkat hati nurani kita akan kita gadaikan dengan rambut palsu, keripik singkong, dan kepiting asap…”
“Nah, marilah kita berdoa semoga calon kades kita tidak demikian, dan pemilu di desa kita berjalan lancer dan damai… Amiin Yaa Robbal Alamiin”
“Amiiin…” koor mereka bertiga dan ki dalang.
“Ingat yah hati nurani…”
“Jadi ki dalang mau pilih siapa?” Tanya om garong mengejar
“Ah, udah pasti dia pilih ayah angkatnya Pak Ibay Lebay….” Tambah kang inin.
Ki dalang tersenyum tipis, sambil berlalu meninggalkan mereka ki dalang menceracau “Bumi gonjang ganjing langit kelap-kelap kathoooon… lir kincanging alis.. risang maweh gandrung sabarang kadulu wukir moyag-mayig lir tyas baliwur ooonngg… aku pilih yang nanti malam mau nanggap wayangkuu…”
“Mba Asih…” ucap om garong
“Bukan pak ibay…” sergah inin.
“Mas bocing…” sela el-hida.
“Calon, yang mau nanggap wayangnya siapa…? Emang Mba asih?” lanjut om garong.
Selama ada cinta di dada taka nada yang sia-sia, dan apabila para calon kades mempunyai rasa cinta yang sangat dengan desa rangkat, pastilah desa ini tak akan tersia-sia dan bisa membawa desa kita lebih maju ke hadapan.
...............................................................................................................................................................................................
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H