Terkaparlah aku
Menarik nafas sebalik tirai
Menyusun bayang maut
Belalak mata mati mataku
***
Najis aku…
Ludahi wajahku ludahmu
Anyir getir menyambarbak petir
Sayang itu berlalu diatas putingmu
***
Padamkan aku…
Siram bara sebatang rokok
Sebelum aku mati sempurna jadi abu
Kubur aku dalam selahat-lahatnya
***
Padamu nan tak akui aku
Akui nilaiku sebelum aku mati
Musik sang penyair tak berarti
Dendang kalbunyalah melebihi tuturnya
Nilaiku terkandung lebih dalam kalbuku
Ketimbang yang kugenggam di bibirku
***
Akulah raja penyair rindu
Terduduk diatas remuk puing istanaku
Kuceritakan citra dari abu-nya yang mengembara berserakan
Kesepakatan fikiranmu dan ceritaku adalah syair langgeng
Kutuliskan, kututurkan, dalam sadar, menjadi keabadian
***
Terkapar aku…
Najis aku…
Padamkan aku…
Padamu nan tak akui aku… (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H