Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nafas-nafas Cemara

9 April 2011   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="580" caption="Illustrasi/Google"][/caption]

Nafas-nafas cemara

Pernah kau hampir dibunuh

Beribu kecewa pun amarah

Tenggelam… ditimbun ingin

***

Maunya tak mati

Tak harus tapi tetap mati

Dikau datang dari tanah lapang…

Dikereta Parahyangan senja kau buang…

***

Airmata berulah

Menguburmata berkaca

Merongrong tanpa perasaan

Ini tentang sedih mengertilah

***

Kotor ditembok hatimu lusuh

Masihkah kau sebut suci

Katakan alasan beribu

Berputar buntu kucaruk…

***

Terus musuhilah aku

Marahi aku… tusuk dengan serapahmu

Hingga akhir jaman sialan

Biar anak-anak kita cicipi getirnya pemusuhan dan perang

Agar kelak anak-anak kita tahu

Bahwa kemenangan adalah ratu air mata

Dan, kekalahan adalah raja darah

***

Nafas-nafas cemara

Nistakah Si Pemburu damai…?

****************************************************************

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="DESA RANGKAT : Desa Para Pemburu kedamaian"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun