[caption id="attachment_211434" align="alignnone" width="410" caption="image from : westcountrymagazine.com"][/caption]
Kekasih, ini yang sering kau pinta "antarkan aku kesana...?" permintaan yang sangat kecil menurutmu, tapi sampai saat ini aku belum bisa memberikanya untukmu. Sekarang aku disini sayang, menikmati belai anginya, kau ingin sekali merasakan rambut ikalmu diipisnya, sekarang mata sipitku mengabadikan saat bulir-bulir embun itu berlari dari pelukan daun-daun jarak, embun yang ingin kau kepul dalam kotak kaca, aku merasakanya sayang kaki telanjangku memijak rumput-rumput hijau, perkamen-perkamen rerumputan ini yang ingin kita baringi bersama, dan mata - mata kita yang dibinari kebahagiaan menatap gugus awan yang saling bermanja. Semuanya, semua itu, mimpi kita.
"Pasti senja dan malam disana indah yah...?" senja disini indah sekali sayang, sepertinya kata indah saja tak cukup mewakili apa yang Tuhan ciptakan disetiap senja dan malam di tempat ini. "Halaman surga kecil" istilahmu, benar pelataran yang ingin sekali kau hadirkan di gubug kecil kita nanti, dan saat pagi menyapa kita perkamen rumput yang hijau, bunga-bunga yang kau rawat akan memberikan aroma therapy untuk kau, aku dan anak kita, kita berlari-lari, berdansa-dansi, dan aku akan bernyanyi "Laa... laa.. laa...laa.." untukmu. Aku disini sekarang sayang, akan kubungkus semua keindahan mimpimu tentang tempat ini untukmu, pada kanvas ini akan kugurat semuanya, dalam bait puisi akan kutuliskan semuanya, aahh...tinta air dan kuasku basah oleh airmataku. Tentang belai angin Tentang embun dalam kotak kaca Tentang perkamen rerumputan Tentang gugus awan manja Tentang senja sore Tentang malam bintang gemintang Tentang gubuk kecil Tentang sebuah nyanyian "Laa... laa... laa... laa..." untukmu Tentang mimpimu Tentang mimpiku Tentang mimpi kita Tentang masa lalu yang sempat terlewati Ahh, aku lupa kau meminta aku menyanyikan untukmu sebuah lagu dengan gitarku, lagu dari puisi yang pernah kita tulis berdua "Cinta sendu", dan gitar lusuh ini kau minta sebagai maharmu saat kita berjanji menempuh hari esok berdua untuk selamanya. Janurnya aku tak akan melupakanmu janurnya adalah lengkung awan. Nyaris aku lupakan sayang. Kau pasti tidak suka dan akan menolak lukisan, poto-poto, dan puisiku, tentang semua keindahan surgawi impianmu ini, karena kau ingin sekali aku membawamu kesini menikmati semuanya berdua, hanya berdua. Ingat saat kita bersedih sayang, ingat saat kita tertawa, ingat saat kita bahagia, ingat saat kita sama-sama takut ditinggalkan, ingat saat suka dan duka yang sempat singgah. Aku akan terus berusaha agar kau kembali mengingat semuanya, semua orang yang pernah menyayangimu, meski kau sekarang lebih suka termenung dalam tatapan kosong diatas kursi rodamu, dan lebih suka mendengarkan dongeng dari perawat ketimbang melihat lukisanku dan mendengarkanku membacakan puisi-puisi kita seperti dulu. Ku menangis dipamah takdir. Seandainya kau bisa mengatakan kata penolakanmu, seandainya kau bisa berlari menyongsongku, seandainya bibirmu bisa mengembangkan senyum, seandainya dari matamu bisa mengeluarkan air mata dan menangis, seandainya tanganmu bisa bergerak kau pasti akan menamparku, saat kau tahu aku akan segera...(tercekat) aku akan segera... menikah dengan orang lain. Bangun dan berdirilah sayang, pukul aku, caci maki aku, menangislah, serapahi aku, si jelek!, si bodoh!, si tukang lupa!, dan si tuakng ingkar janji!, bangsat! bajingan!, apapun. bangunlah sayang. Jika suatu saat nanti kau akan terjaga dari tidur panjangmu dan mengingat semuanya, aku mungkin sudah pergi jauh, ditempatku menyembunyikan rasa bersalah yang tak termaafkan olehmu. Kau akan mengingatku sebagai orang yang pernah berbagi kebahagiaan denganmu dan orang yang memberimu rasa sakit, saat semua ingatanmu kembali. Dan, Jika kau akan tetap seperti itu aku berjanji suatu saat aku akan membawamu kesana bersama kursi rodamu pergi ke tempat impianmu, disana tempat impian kita, meski mimpi-mimpi indah kita tak pernah menjadi nyata. Mimpi lombok, mimpi senggigi. Maafkan aku, kekasih. :(
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H