Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gareng Kembar Dua (Bag. 1)

29 Juli 2012   15:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_190439" align="alignnone" width="492" caption="Gambar Koleksi Pribadi "][/caption]

Di rumah gareng di dusun bluluk tiba, tiga saudara punakawan sedang asyik berbincang ngalor ngidul, dari pilkada DKI sampai ide gila gareng mengubah gambar – gambar kartu judi menjadi huruf hijaiyah, “kan nanti yang suka judi jadi sambil belajar ngaji kang...” papar gareng.

Petruk tak serta merta selalu senang dengan sisi intelektualitas karib dan adiknya ini. Tapi, paling tidak walaupun kadang-kadang ngawurisme-nya lebih dominan muncul pada setiap kuliah gareng, tapi lama kelamaan petruk, bagong, bahkan romo semar sendiri menjadi tahu bahwa dari justru dari kengawuran garenglah semua titik kebenaran akan saling bertemu.

Dan, malam itu obrolan sudah mulai serius obrolan seasson kesekian setelah menyantap ubi rebus dan kopi luwak bahasanya mengenai masuknya islam ke tanah jawa bahkan ke dunia mereka yaitu dunia pewayangan.

“Ya sudah jelaslah wali songolah penyebarnya kang...?” tungkas bagong

“Iya... tapi sejarahnya gimana... nah yang paling unik adalah masuknya dalam dunia kita ini dunia pewayangan reng.... coba jelaskan...”

“Ko bingung kang islam itu kan universal, lagi nyangkul bisa cerita islam, lagi dipasar bisa cerita islam, begitu juga dalam dunia kita ini kang... dunia pewayangan... tinggal bagaimana caranya memasukan Laaillaahaillaallah dalam dunia pewayangan, dalam dunia apa apa saja... Lah, itu loh kang nujuh hari, empat puluh hari memang ajaran islam? bukan!, itu tinggalanya hindu... tapi dimasukanlah Laaillaahaillaallah oleh kanjeng sunan kalijaga... jadilah acara selamatan dengan berbagai macamnya”

“Oh, iya... iya....” petruk dan bagong mengangguk bersama.

“walimattul tasmiyah selamatan untuk memberi nama bayi, mitoni... juga selamatan lagi kang... makanya kalau orang kayak kita itu gemuk-gemuk kang...”

“Kok bisa kang...?” tanya bagong.

“Makan berkat terus gong...” sela petruk

“Makanya kyai itu ndak usah susah-susah kerja tetep bisa makan kang... soalnya dapat berkat terus.. itu kan kita nah kalau yang lain mau ikut ya bkin selamatan sendiri hehehe...” ujar gareng sambil terkekeh.

“Iya iya... biar kami-kami tidak sangsi reng tolong disejarahkan awal mulanya saat sunan kalijaga mentas wayang untuk pertama kalinya atas perintah sunan ampel di masji agung demak...”

“Wani pirooo...?” jawab gareng sambil memberi kode dengan tanganya

“Wah... ini yang ngga bener... ngga ingat dawuh-nya romo ilmu itu ndak boleh dijual loh reng...” tambah petruk

“Ilmu ngga boleh dijual bener kang... tapi perut ini loh laper...”

“Ya... kamu sabarlah reng...”

“Sabar itu kan kholbunya kang... tapi perut kan tetep aja lapeeeerrr... nabi usus... kruyuk-kruyuuuukk... orang ubi rebus juga sudah dihabisin sampeyan sama bagong...”

“Sabar bathin kang, tapi laper kan lahiriyah... ya sudahlah...”

“Mbiyeeeeennn... duluuu... sunan kalijaga, waktu pertama kali mengadakan pentas wayang di masjid agung demak, semua santrinya di suruh menjaga dipintu gerbang masjid, terus semua warga yang mau nonton disuruh, mengucapkan dua kalimat syahadat... orang cantik, orang ganteng, orang sipit, mancung, orang apa saja kalau sudah membaca kalimat syahadat berarti udah masuk islam, itulah makanya gamelanya disebut gamelan Sekaten asal kata dari Sakata... fiil madi, fiil mudoreh-nya Sakata, Yas kutu, Saktaan...”

“Yang artinya...?” sela bagong

“Jangan diam....”

“Ucapkan satu kata, apa? Yaa kalimat syahadat itu tadi gong...”

“Jimat sakti ndoro kita, jamus kalimasada kalau diartikan orang seperti kit ya jimat kalimat syahadat...”

“Ohh... yaaa....yaaa.... mudeng kita sekarang reng....”

“eeeee....”

Baru saja bagong hendak interupsi, terdengar pintu rumah diketuk cukup keras sampai mereka bertiga kaget.

“Lurah gareng... buka pintuuu...” suara teriakan yang rupanya tak keluar dari satu orang

“Lurah gareng, carik bagong, ya lurah petruk.... buka pintu atau kami dobrak...”

“Ko aku ikut kena kang...” tukas bagong kebingungan

“Braaaaaaaaaaaaaakkkkk.......!!!!!”

“Dijebol kang pintunya....”

BERSAMBUNG

Image : www.festivaldalngbocah.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun