Bagong paling tidak setuju dengan cerita Rama Semar, Cerita "Bima Kurda/Bima Bungkus", Bima yang terbungkus placenta sejak dilahirkan Ibu Kunthi dan tak kunjung pecah 8 tahun lamanya, kemudian dibuang ke rimba mandalasara, akhirnya bisa pecah setelah diinjak-injak, ditusuk-tusuk oleh gading Gajah Sena (Tungganganya Indra), "Menurutku tidak kang....". kata Bagong kepada Petruk.
"Placenta Si Bimbim... tidak pecah karena itu, placenta bima pecah karena dilindas kendaraan berat, truk pengangkut kayu ilegal logging kang..." tambahnya.
Menurut panakawan gareng malah tak kunjung pecahnya placenta bima selama 8 tahun lamanya bisa juga karena seluruh rumah sakit di nusantara menolak menerima pasien kurang mampu, atau ibu kunthi yang tidak percaya dengan pelayanan rumah sakit nusantara dan lebih memilih melahirkan di dukun beranak, dan di injakan ke gajah lebih murah daripada dari pada harus mengisi surat pernyataan & pertanyaan ini itu di rumah sakit.
"Husss.... ngawur kamu reng mbelgedeeess...." sergah petruk
Pendapat Gareng lain lagi, menurutnya kenapa placenta ndaranya yang tidak kunjung pecah dan tidak mempan dengan senjata apapun untuk merobeknya, tak lain karena saat pada masa kehamilan Ibu Kunthi terlalu banyak nonton berita kasus-kasus korupsi dan masalah-masalah di republik yang sukar dipecahkan, dan melihat betapa keras kepalanya koruptor mengatakan kalau dirinya tidak bersalah.
"Kamu lebih ngawur lagi reng.... memang begitu kok ceritanya... ngga usah diotak-atik, diwolak-walik, dicampur-campur ceritanya... nanti dalang-dalang senior bisa marah, dianggap sesat, bid'ah, kamu itu karena keluar dari pakem..." tukas petruk.
Menurut petruk memang begitulah ceritanya, betapa sedihnya kunti dan pandhu kala itu, werkudara jabang lahir dalam wujud bungkus, tidak pecah dan terobek oleh senjata apapun. Akhirnya atas anjuran Eyang Abyasa jabang werkudara di buang ke rimba mandalasara. Selama pembuangan jabang werkudara terguling kian kemari membuat rimba porak poranda, kayu-kayu tumbang persis perambahan hutan ilegal.
Btari Durga gelisah, karena jin dan makhluk astral warganya di rimba itu kalang kabut, tempat tinggal mereka di hancurkan, akhirnya wadul ke suaminya Batara Guru. Batara Guru via Batara Bayu (Ayah Bima Yang Asli) mengutus Batari Durga, dan Gajah Sena, anak dari Erawata, gajah tunggangan Batara Indra, serta diiringi oleh Batara Narada untuk turun dan memecahkan bungkus bayi tersebut.
Btari Durga yakni Dewi para demit yang punya talent berselingkuh dengan anak kandungnya (Batara Kala) juga punya talent lain yaitu merias (Batara kala pernah dipermak dari wujud bima menjadi berparas arjuna), masuk kedalam bungkus dan merias jabang bima, paling khas riasanya adalah kain poleng papan catur.
Setelahnya, giliran ayahnya masuk kedalam bungkus, memberikan rupa aji, kedalam tubuh anaknya.
Setelah itu, barulah Gajah Sena, menginjak, membanting, menusuk, bungkusan jabang bima sampai pecah.