Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Aku Padamu Mba Jamu (#ECR3 - 26 )

20 Juli 2011   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="363" caption="Ilustrasi / Desa Rangkat Album"][/caption]

Keterpikatan Ki Dalang pada Bocah ayu sing dagang rujak cingur, agaknya harus dengan sukarela diakhiri. Sorot mata itu tak sekedar bergambar bungkus jamu Kuku Bima TL, tapi tatap mata nanap itu kini jelas – jelas tergambar full view wajah gadis cantik berkacamata Sing Dodol Jamu Gendong.

Mendadak pandangan mata sipit itu tak lepas dari Mba jamu dengan baju kebaya khas perempuan New Yorkarto, kain tapih yang melilit menutup pinggul seksi dan betis yang membunting risoles itu. Mba jamu cantik berkaca mata langsung melempar rayuan mautnya pagi itu.

“Jamu Ki Dalang…”

“I..ii…ii…iya jamu… jamu… mau… mau… ” sahut ki dalang sangking nafsunya sampai tergagap - gagap sembari bangkit dari kursinya.

“Lho… lho… ini Devi kan…? Tak fikir Cut Tari…” sambung Ki Dalang sambil njawil dagu sarang lebah bergantung itu.

“Iiiih… Ki Dalang nakal dech…” tukas Devi sambil nyubit manja paha Ki Dalang.

“Mau jamu apa Ki….?” Tanyanya sambil menyodorkan lembar kertas menu jamunya.

“Weeeww… pake menu juga towh Dik Devi… Keyen… keyen…” ki dalang terkagum – kagum.

“Iya… dong Ki ikut perkembangan zaman… kita juga melayani pembelian online Ki… harganya sudah berikut Ongkos Kirim, kami melayani untuk purchasing order luar jawa, luar negeri sampai luar angkasa…?” papar Devi fasih bak sales marketing door to door penjual alat pijat elektrik.

“What…!!! Luar Angkasa… Alien minum jamu juga toh dik…?”

“Muhun Ki, minum ko… lah Ki Dalang sudah lupa apa gimana? Itu kemarin Crop-Circle yang di Sleman itu sebenarnya Alien langgananku…? Huuuussshh yang ini rahasia yah ki…” paparnya lagi sambil menempelkan jari telunjuknya di bibirnya yang semakin seksi ketika dalam posisi monyong itu.

“Bayarnya…?” tanya Ki Dalang semakin heran setengah berbisik.

“Pakai Credit-Card Ki…he’em…?” jawab Devi datar.

Haaah Mosok… Alien punya kartu kredit…?”

“Punya Ki... kang di awang – awing sono HSBC sudah buka cabang khusus untuk melayani Alien…”

“Ah… Ngawur kamu dik…”

“Iiiih… Ki Dalang ndak’ percayaan dech…” Mbok jamu Devi semakin berani ia menjiwit dada Ki Dalang yang sekmon itu. (Sekmon : seksi tur montok)

“Dik, jangan wah kalo Mas Bowo lihat, bisa tersayat – sayat hatinya, seperti Dik Devi kemarin menyayat – nyayat tanganya….”

(*)

Setengah jam berlalu.

Entah, seperti ada medan magnet besar antara Ki Dalang dan Mba Jamu Devi, tahu – tahu mereka sudah duduk berdampingan. Di bale bamboo didepan rumah Ki Dalang.

Di iringi dendang burung gereja yang sedang asyik mencuri gabah yang sedang di jemur di pelataran rumah Ki Dalang. Devi dibuai, dicumbu dan dirayu Ki Dalang...

Devi yang pandai membaca suasana, diantara gemeresak gesekan daun – daun bambu Devi berdendang manja :

“Hanut runtut, tansah reruntungan, munggah mudun, gunung anjlok samudrooo…”

Ki Dalang Cuma ndomblong membungkam sejuta bahasa, mendengar dendang merdu suara Devi yang mirip dengan Sruti Respatih teman duet Mbah Sujiwo Tejo dalam lagu “Anyam - anyaman”.

Burung prekutut, muray, jalak bali, yang asyik berkicau dalam kurungan di beranda rumah Ki Dalang tersipu malu dan terdiam tak berkicau lagi, karena kicauan mereka kalah indah dengan suara Si Mba Jamu yang sedang bersandar di bahu Ki Dalang.

“Ki sambungin dong… ko mlongo aja…” pinta Devi manja setengah merengek.

“Oh iya… iya…”

“Gandeng rendheng anjejereng rendheng… Reroncenging kembang – kembang temanten…”

“Mantene wis dandan dadi dewo – dewi, dewaning asmoro, gya mudun bumi…”

Ki Dalang : “Elah… menduuuung…”

Devi : “Bubar mawur…”

Ki Dalang: “Mlipir…mlipiiirr…”

Ki Dalang dan Devi : “Do sumingkir mardyo dalem temanten sareng jembar…”

(*)

Suara duet merdu antara Ki Dalang dan Devi, yang mungkin bisa mengalahkan duet fenomenal seperti Anang dan Syahrini, andai diseriuskan. Hilang ditelan bunyi gemeruduk dag… dig… dug… degub jantung lelaki misterius yang bersembunyi di balik semak di halaman rumah Ki Dalang.

Sementara, di luar pagar rantang yang berisi pempek & kapal selam plus bumbunya dan krupuk ikan tenggiri khas Plembang, yang jauh – jauh Acik bawakan untuk Dalangnya, tersayang. Tumpah, berserakan, jadi rebutan kucing dan tikus got. Sedangkan sosok Acik sudah hilang bersama angkot rangkat, membawa serta rasa sakit dan sedihnya, menyaksikan pemandangan yang sama sekali tak ia harapan. Hanya ceceran air matanya saja yang membasahi sepanjang jalan.

“Kejaaaaaaaaaamm….” Pekik tangis pilu Acik menggema sundul langit rangkat sampai ke lembah Gunung Naras, penumpang Angkot lainya pun terpaksa menutup telinga.

Ki Dalang yang sudah kadung mengucapkan “Aku Padamu Mba Jamu…?” walaupun belum di jawab, tapi cukup membuat Ki Dalang tak menjadi tuli tak mendengarkan ratap Sindenya.

****************************************************************

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun