Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Malu... Aku Malu...

19 Juni 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melecah kebenaran milik-Nya…Semua Milik-Nya

Tanpa Ashadu terbang ke sap tujuh megandara

Mengudara, mengukir thoyibah…

Aku malu…aku malu…tetap telanjang menghadap-Mu

***

Ayih Nurshalat, cantik nian aras

Mengajar tentang kaki-kaki syurga, tak waras

Wajar tsumma illa Maha Agung, ingin menari lepas

Tanpa akal suci…suci…dibawah mimbar bersembunyi, tak waras

***

Hai, lima hari silam

Kawan kawini Ayih, menjelang ijab malam

Itu bukan hummaja tapi masa lalu kelam

Kini ia kembali perawan penjamas malam

***

Ini puntung ganja dan itu lintingan do’a pemanja

Semua bingung, petanya bertanya apa?

Semua susah, penyusah berteriak kenapa?

Ayin Nurshalat, berdzikir Ya Al-fattaah

***

Kabur sudah Mihrab

Pecah sudah pikuk rajab

Ayih, berlari diantara gelap iqlabh

Wahai Al-lathiif Maha penyantun, sudilah santuni aku yang tanpa adab

Tak malu-malunya terus meminta-minta diantara hina, penghindar azab

(*)

Aku malu… aku malu… terus meminta-minta rahmat-Mu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun