Tanggal satu
Aku hidup kembali
Aku menjelma
Dari semurup kandil
Tanggal dua
Aku bertelanjang
Mengibas-ibas ekorku
Kurentang sayapku
Tanggal tiga
Otot-ototku terasa kaku
Merentang busur
Tak kutemui lagi
Jiwaku, busur dan anak panahku
Menyatu
Tanggal empat
Kuketahui kita sangat berbeda
Ingin kubuang sayap dan ekorku
Agar aku sepertimu
Manunggal.... paripurna
Tanggal lima
Kuketahui kita sama dalam cinta
Salah satu hal yang kurindu
Selama masa pembuanganku
Tanggal Enam
Aku kini menjadi hidup
Yang sedang mencari kau nyawa
Aku ingin lebur, hanut runtut
Saiyeg saeka dalam nyanyian sidoasih
Tanggal Tujuh
Aku rindu waktu
Waktu kau bicara dulu
Waktu meronta nestapamu
Semua hitam tak terpandang, lalu
Tanggal Delapan
Keabadian akankah ia datang
Sedang aku dialam fana
Didunia dimana umur menjadikan kita tua
Bumi yang ber-Tuhan ini mengharuskan kita mati
Tanggal Sembilan
Mari pendam kepedihan sayang
Hanyutkan rindu pada derasnya kali pemali
Atau kita titip rindu pada sepoi angin gunung slamet
Agar esok hujan menjumpakannya
Tanggal Sepuluh
Adakah makhluk sepertiku
Menurut langit membisu
Menjadi gila akalku
Daun kering, duri berbisik ditelapak kakiku
***
Tanggal Sebelas
Dunia membuat semua berkesudahan
Kecuali cerita cinta dan rindu kita
Menerangi tiga puluh hari-Nya
Mengisi sudut-sudut beku hatiku, hatimu
Tanggal dua belas
Dilahirkan dan mengenalku, menyesalkah sayang?
Mengisi sudut beku dan mengisinya dengan cinta, menyesalkah sayang?
Gerimis bumi, gerimis baranangsiang
Ungkapan betapa banyaknya cintaku padamu
Tanggal tiga belas
Tidak ada luka yang tak berbekas
Begitupun luka dan rasa sakitnya
Begitupun luka aneh yang kau beri
Luka dari sayat pisau pisahmu
Tanggal empat belas
Berkata-kata aku bosan
Aku mulai lelah berharap
Aku mual dengan penderitaan
Aku ingin puisiku bercerita
Tanggal lima belas
Aku fikir kau sudah melupakan gerimis barangsiang
Ada sedikit cerita disana, tentang senyum tenang
Penguasa semakin kejam sayang
Akankah kau pun begitu padaku