Kembali kuingat peristiwa itu ketika mengunjungi kota tercinta Medan beberapa waktu yang lalu. Medan yang dikenal sebagai ‘negara' kecil dengan keanekaragaman dan keterbukaan penduduknya membuat kota ini dijuluki kota ‘aneh' dan memiliki spesifikasi tersendiri. Berbagai suku bangsa ada disini; mulai dari suku Jawa, Melayu, Batak, Manado, Irian bahkan Benggali dan Keling juga ada di sini. ‘ Kampung Keling' adalah suatu wilayah di kota Medan yang sebahagian masyarakatnya adalah Hindu Tamil dan berkulit hitam. Sementara daerah ‘Karang Sari' justru banyak ditinggali oleh orang Benggali kaum ‘Syik' dengan peliharaan lembunya.Tulisan ini mencoba mengulas sifat asli kebanyakan orang Medan dengan berbagai gaya dan kekasarannya. Namun beberapa sifat tersebut ternyata positif untuk bertemanan. Ini Medan Bung...!!! Adalah semboyan gagah berani orang Medan yang berusaha tampil beda dengan orang atau suku lain di Indonesia, meskipun terkadang berkonotasi negatif bagi yang mendengarnya. Meskipun berbagai suku ada di sini, namun penduduk Medan terkenal dengan keramah-tamahan, rasa persaudaraan dan persatuannya. Sebagai contoh, ketika kesebelasan PSMS Medan bertanding dengan Persib Bandung misalnya, semua orang yang berada di Medan pasti mendukung PSMS, meskipun dia berasal dari suku lain; Jawa, Madura dan sebagainya. Bahkan sebahagian besar pemain top PSMS Medan dahulu adalah orang Jawa seperti; Nobon, Yuswardi, Ponirin Meka dan yang lainnya. Bahkan meskipun orang Jawa misalnya yang sudah lama tinggal di Medan dan kembali ke Jawa lagi, dia akan lebih bangga disebut sebagai ‘anak Medan' daripada orang Jawa. ‘Kekerasan' atau ‘kekasaran' orang Medan tidak dapat disamakan dengan orang suku lain, karena di Medan kebanyakan orang Medan tak mau diatur, semua ingin menjadi bos, dan menang sendiri sehingga tidak mau menjadi ‘anak buah'. Ini Medan Bung...! Demikian kebanggan itu sering terlontar. Biasanya diucapkan dengan tutur kata dan suara yang menggelegar dan keras. Diskusi politik, ekonomi, budaya, sosial biasanya selalu digelar di ‘kedai tuak' atau di ‘warung tengku' milik orang Aceh dimana orang-orang sering bermain catur dan berisitirahat yang banyak bertebaran di tiap simpang jalan. Mungkin karena kebiasaan ngomong keras dan menggelegar ini, kebanyakan tokoh-tokoh Pakar Hukum Indonesia terkenal berasal dari Medan seperti; Ruhut Sitompul, Hotman Paris Hutapea, Adnan Buyung Nasution, Bonaran Situmeang dan sebagainya. Kebiasan lain anak Medan yang khas adalah beli segelas kopi sambil bermain catur selama berjam-jam. Ketika kopinya hampir habis, tambah air putih lagi tentu saja ini gratis, begitu seterusnya sampai kopi digelas berwarna putih bening. Sehingga meskipun main caturnya berjam-jam, dia tetap hanya membayar segelas kopi...he...he..he...Ini Medan Bung...! Orang Medan juga terkenal dengan ‘tepo seliro' meminjam istilah orang Jawa. Sebagai contoh, ketika seseorang bertemu dengan orang lain dan menawarkan sebatang rokok. Kalau di Jawa, orang yang memiliki rokok selalu mengambil satu batang dari kotak rokok dan memberikan kepada orang lain. "Monggo mas, sambil menyerahkan sebatang rokok" Akan berbeda kalau kejadian itu di Medan, orang yang memiliki rokok langsung ‘membanting' kotak rokok di meja untuk boleh diambil sesukannya meskipun lebih dari satu batang. Orang Medan selalu berperinsip " biar mati, asal gaya..." Selain itu, rasa setia kawan orang Medan sangat tinggi. Tak jarang orang berkelahi karena membela kawannya dihina dan disakiti orang lain. Mereka biasanya gak pernah mikir panjang, ketika melihat temannya diganggu pasti mereka rela berkorban untuk membela kawannya, meskipun terkadang dia juga tahu yang salah ternyata temannya sendiri. Bela dulu, mikir belakangan. Itu juga merupakan sifat orang Medan yang susah untuk dimengerti dan terkenal berani ini. Sifat lain dari orang Medan adalah tidak akan menjelekkan kampungnya sendiri. Kalau dia mau berbuat jahat atau tidak sopan hampir pasti dilakukan dikampung orang lain. Dia berusaha baik dan sopan dikampung sendiri, tapi menjadi garang dikampung orang. Tidak akan ada istilah 'putus asa' bagi orang Medan. Berani dan gagah adalah sosok yang selalu ingin disampaikan orang Medan dimanapun dia berada. Makanya disetiap kota, hampir pasti juga ada orang Medannya. Bahkan menurut hikayat, di Jakarta hampir tiap RT ada orang Medannya, "kalau berdua pasti selalu main catur, kalau bertiga nyanyi trio, kalau berempat main gaple' dan 'lebih dari itu berkelahi " begitu joke yang sering terdengar. Dalam berinteraksi dengan orang lain, orang Medan dikenal sebagai ahlinya. Coba perhatikan, meskipun belum kenal, orang Medan pasti selalu membuka percakapan terlebih dahulu dengan lawan berbicaranya yang belum dia kenal. Tanpa basa basi dan bersikap apa adanya adalah sifat lain dari orang Medan. Sehingga kalau berkawan dengan orang Medan pasti cepat akrab, dan bertahan lama. Perhatikan dalam suatu komunitas, dimana ada anak Medannya, pasti mereka bisa lebih akrab dibanding dengan suku lain yang ada, meskipun belum sama-sama kenal. Menyanyi, dengan berbagai suara dan bermacam gaya adalah hobby lain anak Medan. Kualitas suara yang sopran, bariton dan bas hampir semua dimiliki anak Medan. Barangkali 'kedai tuak' menjadi sarana latihan gratis bagi orang Medan yang pintar bersenandung. Tak mau kalah dengan penyanyi lain, kalau diperhatikan banyak juga penyanyi nasional yang dicetak dari Medan seperti; Eddy Silitonga, Tetty Manurung, Diana Nasution dan sebagainya. Mengingat kembali sifat-sifat anak Medan, sambil mendengarkan senandung lagu 'Anak Medan" yang dinyanyikan oleh Trio Lamtama menjadikan kesan mendalam tersendiri ketika diperantauan. Ini Medan Bung ....!!! "Horas....pohon pinang tumbuh sendiri..." "Horas... tumbuhlah menantang awan..." "Horas...biar kambing di kampung sendiri..." "Horas... tapi banteng diperantauan..." "Anak Medan..anak Medan ...anak Medan do au kawan..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H