Mohon tunggu...
Siswoko .
Siswoko . Mohon Tunggu... -

Seorang pendatang baru yang ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Bom Saat Loading Tanker

28 Desember 2010   00:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1293495337193701381

[caption id="attachment_82088" align="alignleft" width="137" caption="Sumber : Google.com"][/caption] Bayangkan sebuah kapal tanker dengan kapasitas lebih dari 100.000 ton yang sedang loading 'crude oil' atau minyak mentah disebuah 'single buoy mooring' (SBM)  di sebuah lepas pantai diperairan Indoonesia, tiba-tiba di serang sebuah perahu nelayan sederhana yang didalamnya terdapat 'rocket launcher' dalam jarak tembak yang kurang lebih dari 100 meter. Saat itu juga, pasti kapal terbakar dan kemungkinan tenggelam jika targetnya mengenai lambung kapal dan lebih parah lagi, 'oil spill' atau kebocoran minyak mentah akan mencemari lingkungan kemana-mana jauh dari radius perairan tersebut sehingga mengganggu lingkungan dan ekosistem yang ada disekitarnya. Selain itu, dampak internasionalnya adalah ketidakpercayaan dunia internasional terhadap pelabuhan di Indonesia yang dirasa tidak aman, sehingga dikawatirkan tidak ada investor yang akan berani membuka usahanya di Indonesia. Bayangan tersebut adalah sebahagian skenario latihan tahunan yang direkomendasikan 'International Ship and Port Facility Security' (ISPS) code yang bermarkas dibawah bendera 'International Maritime Organisation' (IMO) dan berkedudukan di London. Latihan tahunan ini berlangsung kemarin (27/10/10) di pelabuhan kapal ditempat kami bekerja yang sudah memiliki sertifikat ISPS code. Dalam skenario ini juga dilatihkan cara berkomunikasi yang efektif dan timbal balik antara; security, safety team, kapal patroli laut, pelabuhan, 'emergency control room' atau ruang kendali darurat, administrasi pelabuhan, kepolisian, angkatan laut dan angkatan darat, serta departemen perhubungan laut. Penggunaan jalur radio trunking, pesawat telpon, bahkan kode tertentu dalam komunikasi tekhnis di laut secara timbal balik menjadikan latihan yang sebenarnya kemarin. Menjadi menarik karena banyak hal komunikasi yang telah dilakukan mendapat rintangan yang cukup serius, sehingga pesan tidak terkirim, misalnya karena banyaknya 'pengguna' jalur komunikasi tersebut, sehingga pesan tidak dapat terkirim dengan jelas dan terang. Kalau ini terjadi pada kenyataan yang sebenarnya tentu saja akan menghambat proses pengamana sebuah pelabuhan international yang berlebel  ISPS code. Selain masalah komunikasi, digambarkan ketika tanker terkena tembakan roket dan terbakar dibahagian lambung kiri. Proses penggunaan dan fungsi 'fire fighter team' yang tergabung dalam 'emergency response team' (ERT) dalam kapal tanker dan juga bantuan 'fire fighting boat' atau kapal pemadam kebakaran yang diharuskan siaga selama proses pengisian minyak dalam tanker juga berperan penting dalam mencegah kebakaran yang lebih luas di area tanker. Proses kerjasama team fire fighting di tanker dan pelabuhan serta koordinasi dengan jajaran lain seperti 'medical team' yang persiapan ambulance dan tenaga medis di pelabuhan dalam hal kapal tidak dapat diselamatkan dan seluruh penumpang harus evakuasi menjadi hal yang sangat menarik. Mengingat semuanya dilakukan hanya dalam waktu tertentu yang mendekati kenyataan sebenarnya. Hal lain yang tak kalah menarik, ketika semua jajaran terkait berkomunikasi untuk mendukung bantuan dan melakukan tindakan pencegahan, tiba-tiba tanker bocor dan minyak mentah sebagian tertumpah ke laut. Bagaimana 'safety team' menggerakkan 'anti polution boat' atau kapal anti polusi penggunaan peralatannya mencegah minyak agar tidak mencemari tempat lain dan segera mengamankan kebocoran minyak yang terlanjur tumpah. Menurunkan peralatannya untuk mengalokasi minyak di dalam radius lingkaran yang sesuai dengan jumlah minyak yang ada dan mengelompokkannya dalam suatu tempat tertentu dan mengambilnya kembali ke dalam kapal untuk tindakan penyelamatan. Ini adalah suatu kerjaan yang cukup memakan waktu dan berbahaya mengingat kebakaran bisa terjadi sewaktu-waktu karena percikan mesin kapal nelayan lain atau kebakaran yang belum bisa dipadamkan dari tanker. Dalam skenario, setelah menembakkan roket ke tanker yang sedang loading, kapal nelayan tersebut melarikan diri kearah utara. Sehingga peran 'security team' disini adalah memerintahkan kapal patroli laut untuk kembali dan tidak mengejar kapal nelayan tersebut, tapi kembali mengamankan tanker, memantau kegiatan pengamanan kebocoran minyak dan mengantisipasi kemungkinan ancaman-ancaman lain disekitar tanker. Sementara fungsi ECC atau pengendali adalah meminta bantuan ke TNI Angkatan Laut terdekat untuk memburu dan menangkap kapal nelayan sesuai dengan tanda-tanda yang telah dilaporkan patroli laut sebelumnya. Sementara proses dilaut sedang berlangsung; memadamkan kebakaran di tanker, proses pengamanan oil spill, mengamankan tempat kejadian dan melaporkan seluruh kegiatan ke 'stand by officer' atau petugas hirarki yang lebih tinggi dan instansi terkait. Tiba-tiba, di pintu masuk pelabuhan ada seseorang yang mencurigakan memaksa masuk dan diantarkan ke tanker. Ketika petugas security menanyakan identitasnya, dibalas dengan mengeluarkan senjata api dan mengancam akan membunuh security kalau tidak dituruti kemauannya. Komunikasi antara petugas yang diancam dengan senjata api, ke komandan regu dank ke ruang pengendali untuk mengerahkan polisi yang ada menjadi sangat menarik karena proses di laut belumlah tuntas dan petugas security dalam ancaman pelaku bersenjata api. Meskipun pada akhirnya polisi dan angkatan laut yang bertugas di pelabuhan berhasil menangkap orang tersebut, namun ada yang lebih menarik lagi ketika di ruang kendali diingatkan kembali agar polisi, angkatan laut dan security yang sedang menangani tersangka 'tidak melanggar hak azasi manusia' ketika menindak si pelaku (human right abuse) karena di perusahaan masalah ini sangatlah peka dan sensitif. Peranan Port Facilty Security Officer (PFSO) yang dibantu 2 Deputy PFSO (security Superintendent dan Mooring Master), petugas perhubungan laut, kepolisian, angkatan laut, angkatan darat, safety, medical, security team dalam menjalankan skenario latihan sangatlah membantu dan menarik. Keterkaitan institusi dan aparat yang bertugas dapat mencerminkan bagaimana kelebihan dan kekurangan yang ada sehingga dapat menjadikan peningkatan pada latihan berikutnya. Latihan ditutup dengan 'debriefing' oleh kepala lapangan kami, evaluasi, beberapa masukan dari pelaksanaan latihan. Tak lupa mencatatat dan  melaporkan alur latihan dan oleh 'logger' sebagai bahan laporan resmi ke pemerintah Indonesia dan ISPS international. Selamat kepada para peserta latihan dan semoga latihan ini membawa berkah dan keseriusan bagi kita semua untuk selalu waspada dan siaga dalam setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan ke depan didalam lingkup tugas kita masing-masing. ***  Penulis adalah salah seorang security yang juga  perserta latihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun