Mohon tunggu...
Nadine Afrita
Nadine Afrita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Brawijaya

topik konten favorit saya adalah tentang materi materi psikologi dan hiburan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pain dan Adiksi: Lingkaran Setan yang Sulit Diputus

5 Desember 2024   05:50 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasa sakit. Sumber : PIXABAY

Rasa sakit adalah pengalaman yang hampir semua orang alami. Baik itu rasa sakit fisik akibat cedera atau rasa sakit emosional karena kehilangan, keduanya berfungsi sebagai sinyal biologis yang melindungi kita dari bahaya. Namun, ada kalanya rasa sakit yang seharusnya bersifat sementara bisa berubah menjadi masalah jangka panjang yang sulit ditangani, bahkan berujung pada kecanduan. Artikel ini akan mengulas bagaimana rasa sakit dan adiksi saling terkait dan menciptakan lingkaran yang susah diputuskan.

Rasa Sakit: Sinyal dari Tubuh

Rasa sakit sebenarnya adalah mekanisme perlindungan tubuh. Ketika kita terluka, tubuh
mengirimkan sinyal melalui saraf ke otak, yang memberi tahu kita untuk berhati-hati. Proses
ini dimulai saat nociceptor (reseptor nyeri) di tubuh mendeteksi kerusakan jaringan dan
mengirimkan pesan tersebut ke sumsum tulang belakang, yang kemudian diteruskan ke otak
melalui jalur saraf. Ini adalah cara tubuh untuk mengingatkan kita agar tidak melukai diri lebih jauh.

Namun, rasa sakit tidak hanya mencakup sensasi fisik, tetapi juga perasaan emosional.
Misalnya, kehilangan orang yang kita cintai bisa menyebabkan rasa sakit yang mendalam,
yang tidak hanya mengganggu fisik tetapi juga kesehatan mental. Rasa sakit fisik dan emosional seringkali berhubungan, karena keduanya melibatkan bagian otak yang sama yang mengatur emosi.

Adiksi: Pelarian dari Rasa Sakit

Zat adiktif. Sumber : PIXABAY
Zat adiktif. Sumber : PIXABAY

Ketika seseorang mengalami rasa sakit yang terus-menerus, baik fisik maupun emosional,
terkadang mereka akan mencari cara untuk meredakan atau menghilangkannya. Salah satu
cara yang sering dipilih adalah dengan mengonsumsi alkohol atau obat-obatan. Ketika tubuh merespons obat atau alkohol, otak melepaskan dopamin, sebuah neurotransmitter yang memberi perasaan senang. Sensasi ini membuat seseorang merasa lebih baik sementara
waktu, bahkan jika hanya untuk menghindari rasa sakit atau perasaan buruk yang mereka alami.

Namun, masalah muncul ketika penggunaan zat tersebut menjadi kebiasaan. Awalnya, mungkin hanya untuk meredakan rasa sakit atau ketegangan. Tapi, semakin sering zat itu digunakan, otak mulai terbiasa dengan jumlah dopamin yang dilepaskan, sehingga tubuh membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk merasakan efek yang sama. Ini adalah tahap awal dari kecanduan.

Rasa Sakit dan Adiksi: Hubungan yang Saling Menguatkan

Depresi. Sumber : PIXABAY
Depresi. Sumber : PIXABAY
Rasa sakit kronis, yang tidak tertangani dengan baik, sering kali menjadi pintu gerbang bagi
seseorang untuk jatuh ke dalam kecanduan. Mereka yang merasa kesulitan mengatasi rasa
sakit jangka panjang mungkin beralih ke obat penghilang rasa sakit, seperti opioid, untuk
mengatasi rasa sakit tersebut. Sayangnya, penggunaan opioid dalam jangka panjang bisa
menyebabkan kecanduan. Tidak hanya mengurangi rasa sakit, opioid juga memengaruhi
sistem penghargaan otak, memberikan perasaan senang yang meningkatkan kecenderungan untuk terus menggunakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun