Mohon tunggu...
Beni Siswanto
Beni Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Entrepreneur

Belajar untuk lebih baik......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Analisis "Warung Kopi" tentang Problem Pendidikan di Indonesia

19 Februari 2020   09:26 Diperbarui: 19 Februari 2020   09:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda perlu tahu bahwa guru PNS agar sampai ke golongan IVe minimal memiliki masa kerja sekitar 35 tahun dan ditambah lagi dengan syarat yang sangat banyak untuk sampai pada jenjang pangkat tersebut. Bisa dibandingkan betapa jauhnya penghasilan guru di Indonesia dengan berbagai negera lain. Mungkin hal ini yang membuat profesi guru belum terlalu dilirik oleh sebagian besar orang Indonesia karena gaji yang sangat rendah.

6. Mekanisme seleksi guru yang digabungkan dengan profesi lain.
Seleksi guru PNS di Indonesia belum dipisah dengan profsi yang lain. Hal ini membuat dari hasil tersebut tidak menghasilkan guru-guru yang diinginkan. Dibanyak daerah seleksi PNS guru hanya ditentukan dengan menjawab soal Potensi Akademik Dasar, wawasan kebangsaan, serta pertanyaan seputar materi yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar.  

Secara garis besar semua didasarkan hanya pada kemampuan teoritis. Calon guru tidak diuji skill mereka dalam mengajar. Jadi belum tentu guru yang bisa menjawab soal dengan baik memiliki kemampuan mengajar dengan baik. Guru juga tidak diperiksa kejiwaannya serta rekam jejak keperibadiannya sehingga ada banyak kasus guru-guru melakukan tindakan asusila. Hal tersebut terjadi dikarenakan filter menjadi seorang guru tidak berjalan dengan ketat.

7. Kesadaran Pejabat  untuk berinvetasi di bidang pendidikan masih kurang
Pendidikan bukan hal yang menguntungkan dari sudut pandang potik jika dibandingkan dengan sektor yang lain seperti infrastruktur dan ekonomi. Hal ini membuat para politisi tidak begitu menaruh perhatian yang besar dibandingkan dengan bidang infrastruktur dan bantuan tunai yang disalurkan kepada masnyarakat secara langsung. Karena jika seorang pemimpin hanya terfokus dalam bidang pendidikan secara besar-besaran dan anggara yang dia kelolah difokuskan ke bidang pendidikan maka ini akan tidak bisa dilihat langsung oleh masnyarakat. Karena dampak dari pendidikan baru akan terlihat 10 sampau 15 tahun kemudian. Berbeda dengan infrstruktur yang langsung dapat dilihat oleh masyarakat. Hal ini yang membuat pendidikan tidak dijadikan agenda utama setiap orang yang menduduki jabatan politik baik. 

Demikian yang saya uraikan merupakan hasil dari pemikiran seseorang yang awam. Saya sangat menyadari apa yang saya sampaikan belum tentu sepenuhnya benar. Karena apa yang saya sampaikan bukan dari kajian secara akademis. Tulisan ini hanya berasal dari pemikiran dan hasil diskusi saya ketika nongkrong  di warung kopi.  JIka yang saya tulis ini salah mohon koreksi dari yang membaca tulisan ini. Saya sangat terbuka terhadap apa yang saya tulis. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun