Mohon tunggu...
Beni Siswanto
Beni Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Entrepreneur

Belajar untuk lebih baik......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Analisis "Warung Kopi" tentang Problem Pendidikan di Indonesia

19 Februari 2020   09:26 Diperbarui: 19 Februari 2020   09:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun sudah terbit surat edaran agar RPP disederhanakan masih saja ada pengawas yang memaksa para guru untuk membuat RPP dengan format lama yang cenderung lebih kompleks. Ini adalah salah satu contoh kecil bagaimana peraturan tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Padahal peraturan tersebut sudah sangat baik menurut saya sebagai seorang guru.  Contoh lain dari lemahnya pengawasan terhadap implementasi terhadap Peraturan yang mengatur pendidikan adalah implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tenatang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanan sistem pendidikan nasional  dan itu harus dipenuhi oleh penyelenggara atau satian pendidikan di seluruh wilayah hukum Indonesia. Namun faktanya jauh panggang dari api, banyak sekolah di berbagai daerah yang belum bisa memenuhi kriteria minimal tersebut.

Sebagai contoh banyak sekolah yang belum memenuhi standar Tenaga Kependidikan, dimana dalam aturan tersebut bahwa sekolah minimal harus memiliki Tenaga Kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.

3. Reward dan punisment yang tidak berjalan
Menurut pemahaman saya sangat jarang guru-guru yang memiliki kinerja baik di sekolah diberikan penghargaan yang selayaknya dan jarang juga guru yang tidak menjalankan tugas tidak diberikan sangksi. Ini adalah salah satu alasan kenapa kinerja guru menjadi tidak maksimal. Karena tidak adanya reward and punishmnet  yang diberikan kepada guru. 

Jika saja guru yang sudah bekerja dengan baik diberikan penghargaan yang terukur dan guru yang tidak menjalankan tugas dengan baik diberikan sanksi itu dilaksanakan saya yakin guru akan memiliki motivasi dalam menjalankan tugas dengan baik. Kadang kala dalam sebuah sekolah ada guru yang sudah baik dan bekerja dengan dispilin, namun lingkungan sekolah tidak memberikan apresiasi apapun dan guru yang tidak bekerja dengan baik juga tidak diberikan sanksi. Maka ini akan mempengaruhi guru tersebut untuk tidak bekerja secara optimal karena merasa sama saja antara yang memiliki kinerja baik dan tidak baik.

4. Orang-orang bekerja sebagai profesi guru bukan orang-orang terbaik
Tidak bisa dipungkiri mahasiswa calon guru sebagian besar bukan orang-orang yang terbaik. Hal ini dikarenakan sebagian besar masiswa calon guru adalah mahasiswa yang tidak diterima diberbagai jurusan yang memiliki peminat banyak seperti kedokteran, teknik, hukum dan lain sebagainaya. Artinya jurusan keguruan masih dijadikan pelarian calon mahasiswa. 

Jika saja anak-anak Indonesia dengan kemampuan yang terbaik mau menjadi guru atau mengambil jurusan guru maka saya yakin akan banyak melahirkan guru-guru yang hebat. 

Saya belum pernah melihat anak yang memenangkan Olimpiade Sains di tingkat Internasional  setelah lulus SMA mengambil jurusan keguruan. Dari beberapa yang saya baca mereka yang pernah memperoleh mendali lebih memilih berkuliah di jurusan lain seperti kedokteran dan teknik. Jika saja calon guru di Indonesia adalah orang-orang yang terbaik saya yakin kemajuan pendidikan di Indonesia akan segera terwujud.

5. Gaji Guru yang rendah
Salah satu alasan seseorang memilih profesi tertentu adalah jaminan kehidupannya. Saat ini profesi guru adalah profesi yang belum bisa menyamai profesi-profesi lain dalam hal jaminan kehidupannya. Ada banyak kasus sarjana lulusan guru yang bekerja bukan sebagai guru karena dianggap gaji guru sangat rendah. 

Gaji guru yang rendah dikarenakan keterbatasan kemampuan negera dalam menggaji guru atau bisa juga dikarenakan kebijakan pemerintah yang memang belum berpihak terhadap guru. Gaji guru di Indonesia masih kalah dengan gaji guru dibarbagai negara lain. Berdasakan informasi dari Detik finance gaji guru di Luksemburg untuk guru SD mencapai Rp 146 juta  perbulan, di Swis gaji guru mencapai Rp 1,2 miliar/tahun atau sekitar Rp 101 juta per bulan. 

Bisa dibayangkan gaji guru di Indonesia yang berstatus honorer berkisar Rp 200 ribu 700 ribu perbulan dan untuk guru PNS tertinggi dengan asumsi golongan IVe sebesar Rp 5.901.200 per bulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun