Mohon tunggu...
Sistus Wikassadharma
Sistus Wikassadharma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hobi : menonton bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pewartaan Karya Keselamatan Tuhan Bagi Sesama

29 November 2024   08:14 Diperbarui: 29 November 2024   08:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Natal sudah dekat! Tak terasa sudah mau memasuki bulan Desember, di mana bulan Desember, kita sebagai umat beriman merayakan Hari Natal, hari di mana Yesus lahir ke dunia sebagai Juruselamat umat manusia. Tema yang diangkat  oleh PGI ( Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan KWI ( Konferensi Waligereja Indonesia) mengangkat tema "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" berdasarkan pada Injil Lukas 2: 15. Pada momen ini, saya akan merayakan Natal pertama saya sebagai seminaris, saya juga akan mengunjungi keluarga di rumah dengan membawa nama seminari di pundak saya. Tentu sebagai seminaris, saya harus memberikan contoh yang baik bagi orang-orang di sekitar saya, karena saya adalah seorang calon imam yang akan melayani umat dari berbagai macam latar belakang. Setelah saya telaah lebih mendalam, ternyata tantangan yang akan saya hadapi ke depan jauh lebih sulit, karena tantangan yang akan saya hadapi adalah kemajuan teknologi yang memudahkan banyak kalangan mengakses berbagai informasi. Mengapa kemajuan teknologi justru semakin merengangkan hubungan kita dengan Allah Yang Maha Kuasa? Dan apa yang bisa saya lakukan selain sebagai seminaris, juga sebagai orang muda Katolik menanggapi masalah ini. mari kita bahas!

Seperti yang sudah kita ketahui, kita hidup di zaman kemajuan, di mana segalanya bisa kita dapatkan secara instan dengan bantuan teknologi, contoh sederhananya kita jika ingin membeli suatu barang, kita bisa membelinya melalui internet dan barang itu akan sampai sesuai waktu yang kita tentukan, kemudian saat kita bingung akan suatu materi dari sekolah atau ingin mengerjakan suatu tugas tetapi kita malas untuk mengerjakannya, kita bisa mencarinya di internet atau dengan bantuan AI (Artificial Intelegence). Dengan segala kemajuan teknologi yang kita miliki justru membuat kita sebagai penikmat teknologi menjadi malas, bahkan ada yang sampai mengagungkan teknologi sampai-sampai tidak percaya akan kasih Tuhan yang selalu ada dalam hidup. Tujuan awal terciptanya teknologi adalah mempermudah kita untuk melakukan sebuah pekerjaan, tetapi kerap kali dengan adanya teknologi malahan membuat kita merasa bahwa diri kita lebih pintar dan lebih bisa, sehingga kita kurang mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Masalah ini menjadi tantangan baru bagi gereja dan saya sebagai seminaris untuk bisa merangkul banyak muda-mudi untuk kembali ke tujuan awal terciptanya teknologi, yaitu mempermudah kita untuk melakukan suatu pekerjaan, bukan membuat kita tidak bekerja sehingga kita malas untuk mengerjakan segala tugas kita.

Sumber:https://east.vc/
Sumber:https://east.vc/

Selain masalah mengenai penyalahgunaan teknologi yang merugikan pengguna alias manusia itu sendiri, Gereja juga memiliki tantangan yang tidak kalah berat mengenai penyalahgunaan teknologi, yaitu penyebaran informasi yang keliru alias Hoax. Hoax sendiri merupakan upaya beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab, sengaja menyebarkan informasi yang belum tentu benar serta menyebarkan informasi yang salah tersebut ke media sosial, yang kerap kali diminati oleh kaum-kaum muda dan mudi yang belum bisa secara matang mengolah informasi yang mereka dapatkan itu benar atau salah. Dampak yang ditimbulkan dari missinformasi atau hoax ini sangat merugikan, dapat menimbulkan perpecahan baik dengan umat seiman maupun berbeda. Telah terjadi berbagai aksi anarki yang terjadi di Indonesia yang kebanyakan faktor dari peristiwa anarki yang terjadi adalah penyebaran informasi yang keliru, dan sering menimbulkan korban jiwa yang tak terbilang banyaknya. Jika ini terus dibiarkan, maka akan menimbulkan kekacauan yang dampaknya akan lebih besar lagi, dan saya ingatkan bahwa kejadian anarki antar umat beragama tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia sudah terdampak karena penyebaran informasi yang keliru ini.

Sumber: https://tirto.id
Sumber: https://tirto.id

Jika kita melihat kembali masalah yang sedang dihadapi Gereja pada masa kini, mengingatkan saya tentang sebuah perikop dalam Kitab suci dimana Orang- orang Israel pernah jatuh dalam keterpurukan akibat kesombongan mereka sendiri, semua itu dikarenakan peradaban mereka yang sudah sangat maju, lalu mereka mulai lupa akan Allah dan berpaling menyembah berhala dan melakukan banyak penyimpangan. Perikop yang saya maksud adalah " Raja Zedekia - Runtuhnya Kerajaan Yehuda" ( 2 Tawarikh 36) dimana pada saat itu raja yang memerintah pada saat itu adalah Raja Zedekia yang berumur dua puluh satu tahun, Ia melakukan banyak perbuatan yang jahat di mata Tuhan dan tidak mengindahkan apa yang dipesankan oleh Tuhan melalui Nabi Yeremi. Dari situ, Allah murka besar dan mengerahkan raja Orang Kasdim untuk meruntuhkan Kerajaan Yehuda dan  Orang Yehuda mengalami pembuangan di Babel di Negeri Persia. Dari situ, saya merefleksikan bahwa jika kita tidak segera berbalik kembali kepada Tuhan, bisa saja kita kembali mengalami kejatuhan seperti Kerajaan Yehuda alami.

Sumber: https://pelitakaki.com/
Sumber: https://pelitakaki.com/

Maka dari masalah ini, saya sadar bahwa satu-satunya cara agar kita sebagai umat beriman bisa menghindari masalah tersebut adalah memperkuat alat dalam diri kita yang seluruh manusia punya yaitu Kritis. Kritis adalah konsep cara berpikir manusia di mana kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu yang umumnya informasi secaralangsung tanpa kita pertanyakan baik keaslian maupun kualitas informasi yang kita dapatkan dari sumber literatur, sebetulnya kita memiliki konsep berpikir kritis ini di dalam diri kita, karena sejak awal penciptaan suatu pribadi, manusia dianugerahi oleh Tuhan pemikiran kritis, tetapi setiap pribadi belum mengasah kemampuan berpikir kritis ini dengan baik, karena manusia sering berpikir semata-mata berdasarkan emosi dan tidak menggunakan logika, sehingga konsep pemikiran kritis kurang terasah dengan baik. Maka dari itu, Gereja memiliki tugas untuk menggerakan umatnya agar mengasah pemikiran kritis agar tidak mudah tersesat akibat informasi yang keliru. Sehingga, mari kita semua mengasah pemikiran kritis kita dengan membaca dari sumber yang terpercaya, agar kita menjadi generasi mudayang semakin memuliakan Allah melalui tindakan serta perbuatan kita.

Sumber: https://www.mitrawacanamedia.com
Sumber: https://www.mitrawacanamedia.com

Setelah solusi yang pertama, Saya juga menawarkan solusi untuk masalah penggunaan AI (Artificial Intelegence) yaitu membuat kesadaran bahwa diri kita itu hebat, kenapa bisa begitu? mari saya jelaskan. Kita manusia merupakan mahkluk yang secitra dengan Allah, bahkan kita diberi perintah oleh Allah untuk berkuasa atas segala mahkluk yang berjalan di atas bumi. Setelah kita membangun kesadaran tersebut, kita mencoba untuk membangun batasan dalam menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan. Jika semua ini , saya yakin kita bisa bisa sepenuhnya berkuasa atas kecerdasan buatan, bukan kita yang dikuasai oleh kecerdasan buatan.

Kesimpulan dari seluruh pembahasan saya pada kesempatan ini, kita sebagai Gereja tidak bisa memperlambat maupun mengubah perkembangan teknologi serta zaman, tetapi yang bisa kita lakukan adalah bersahabat dan memposisikan diri kita sebagai pengguna atau penikmat dari teknologi tersebut sebagai pengontrol atas teknologi, bukan justru kita yang dikontrol oleh teknologi tersebut. Sehingga, apabila semua itu dijalankan dengan baik, kita sebagai kaum beriman menjadi manusia yang semakin memuliakan Nama Allah melalui tindakan dan perbuatan kita. Sekian pembahasan saya memaknai misi dan tugas Gereja, yaitu menjadi Saksi Kasih Tuhan dalam arus perkembangan zaman. Saya Sistus Wikassadharma, mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu membaca artikel saya pada kesempatan kali ini, Saya memohon maaf apbila ada kesalahan dalam pengetikan atau pernyataan dari Saya yang kurang berkenan di hati pembaca- pembaca sekalian. Saya pamit undur diri, terimakasih, dan sampai jumpa lagi di artikel saya berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun