Mohon tunggu...
Siska Nanda
Siska Nanda Mohon Tunggu... -

Pengennya sih: Muda, kaya dan sukses...Tua, bahagia dengan orang2 tercinta....Mati, masuk surga...AMIN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Seperti Ibu Malin Kundang

22 Desember 2009   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini moment yang pas dalam rangka memperingati hari ibu,buat aku berbagi tulisan tentang kasih sayang dan pengorbanan yang tulus seorang ibu yang mengasihi anaknya sepanjang masa. Aku terlahir dikeluarga yang gado-gado dalam agama.Maksudnya adalah,ayah beragama islam,sedangkan ibu berasal dari agama kristen protestan.Saat menikah dengan ayah,ibu memilih masuk keagama ayah,dan keputusan ini direstui oleh orangtua dan keluarga besar ibu.Perlu anda ketahui beberapa keluarga sebelum ibu (kakak kandung dan paman ibu) sudah lebih dahulu masuk agama islam.Dan sebelum menikah, ibu sudah ikut tinggal dirumah pamannya yang beragama islam,sehingga sudah terbiasa dengan kebiasaan dan ritual ibadahnya. Salah seorang adik ibu yang masih beragama kristen (tante Meri,sebut saja demikian) kebetulan hanya mempunyai satu orang anak laki-laki (ibu 7 bersaudara,3 orang beragama islam dan 4 orang kristen).Dalam adat batak,anak laki-laki lebih berharga keberadaannya dibanding anak perempuan karena dialah penerus marga (keturunan) keluarga.Karena itu tante M sangat menyayangi anaknya (sebut saja T),yang tak lain adalah sepupu saya.Saat akan masuk kebangku kuliah T memilih sekolah ke luar propinsi,kebetulan disebuah kota yang mayoritas penduduknya bergama islam dan sangat kental dengan norma-norma agama.Tahun pertama keadaan masih baik-baik saja hingga menginjak tahun kedua,datang kabar kalau T akan memilih masuk agama islam.Tentu saja paman saya (suami tante M) sangat murka,karena T adalah anak laki2 satu-satunya,yang sangat diharapkan keluarga.Paman mengancam tidak akan mengakui T apabila tetap pada pendiriannya berpindah agama,tapi keputusan T nampaknya sudah bulat,sehingga diam-diam tidak mengindahkan larangan ayahnya.Tante M sebagai ibu,mengaku sangat terluka mendengar keputusan T,tapi sebagai ibu yang sangat menyayangi anaknya,beliau mengalah dan datang menyaksikan pertama kali T mengucapkan syahadat dengan bercucuran air mata. Sejak saat itu tante M,sangat menghormati keputusan anaknya.Secara diam-diam,beliau selalu mengingatkan agar T selalu melaksanakan sholat,mengingatkan dan menguatkan saat akan menjalankan puasa ramadhan.Sampai akhirnya paman menghembuskan nafas terakhir,T tetap tidak diakui oleh ayahnya (paman).Dan paman mewasiatkan kalau dia meninggal dia tidak mengijinkan T melihat mayatnya.Tentu saja kami sekeluarga terutama Tante M sangat terluka mendengar kata-kata terakhir paman menjelang ajalnya.Susah payah keluarga menasehati paman agar ikhlas dan tegar menghadapi keputusan T,namun tak diindahkan. Malang tak dapat ditolak,setahun setelah kepergian paman,suatu hari T mengalami kecelakaan lalu lintas.Sebagai ibu,tante M datang merawat T yang tak berdaya dengan penuh kasih sayang.Yang membuat kami sangat terharu,tante M sangat membantu T dalam menjalankan ibadah agama.Sejak beragama islam,T sangat taat menjalankan sholat dan puasa,diatas ketidak berdayaannya,sang ibu dengan setia membantu dan menggendong T setiap mengambil air wudhuk.Bangun pagi menyiapakn makanan untuk santapan sahur T yang rajin melakukan puasa sunnah.Hati ini bergetar melihat pengorbanan seorang ibu yang sangat menghormati keputusan anak laki-laki satu-satunya,walaupun saya tahu jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, tante pasti menyimpan kekecewaan karena anak yang diharapkannya tidak melakukan hal yang diimpikannya.Tidak banyak ibu yang setulus dan setegar tanteku.Beliau sangat menghormati kebebasan dalam beragama.selamat hari ibu tante...semoga allah membalas kebaikan hatimu.amin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun