Mohon tunggu...
Siska L. Rumahorbo
Siska L. Rumahorbo Mohon Tunggu... -

I was born in Garoga, Sumatra Utara, now live in Jayapura, Papua. Graduated from Sultan Ageng Tirtayasa University (Banten) Faculty of Teachers Training and Education, Art and Language Department. Nice to know new people n new friends :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Julian oh, Julian

13 April 2015   15:45 Diperbarui: 23 Juli 2015   06:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Julian Oh, Julian(Oleh Siska L. Rumahorbo)Aku terkadang suka sebal, kesal dan emosi melihat kelakuan Julian pacarku. Entah dia yang sangat tengil atau aku yang belum mengerti dia. Sejak Julian pindah kerja aku menemaninya mencari kost-kostan baru, aku tidak tahu apa sebenarnya alasan Julian pindah kerja dari kantor lamanya, padahal posisi dia saat itu sudah menjadi supervisor dan dia pernah bercerita bahwa Bossnya akan mempromosikan Julian sehingga Julian bisa naik jabatan, setara dengan manager. Bukankah itu bagus untuk masa depan Julian, masa depanku juga tentunya sebagai calon istri Julian. Tetapi Julian lebih memilih untuk mengundurkan diri, pernah aku bertanya padanya apa alasan dia mengundurkan diri dari kantor lamanya, tetapi dia hanya berkata bahwa Bossnya yang seorang janda itu menyukainya, aku bertanya pada Julian darimana dia tahu bahwa Bossnya menyukainya dan Julian hanya menjawab bahwa dia bisa mengetahui dari gerak-gerik dan tingkah laku Bossnya. Entahlah benar atau tidak, atau hanya Julian saja yang ke-PD-an.“Kamu harusnya bersyukur, pacar kamu yang tampan ini menghindar dari godaan Boss ganjen seperti itu.” Kata Julian suatu hari.“Kamu tuh terlalu ke-PD-an. Belum tentu juga tu orang suka sama kamu.” Jawabku.“Yeee, di bilangin ga percaya.”“Terserah kamu deh.”Sudah seminggu kami mencari-cari kostan yang pas untuk Julian, selama ini Julian masih tinggal di kostan lama dan itu jaraknya jauh dengan kantor Julian yang baru. Sebenarnya kantor Julian yang sekarang dekat dengan kantorku, dan Julian ingin mencari kost-an yang dekat kantornya, bila perlu sangat dekat supaya dia tinggal jalan kaki saja, dan yang lebih penting agar dia bisa bangun siang. Jadi kalau telat bangun bisa langsung lari ke kantor (tentunya tidak lupa mandi). Setelah lelah kesana kesini kesitu kemari ahirnya kami mendapatkan kostan yang lumayan, besok Julian sudah bisa menempati kostan barunya.***Sudah tiga hari Julian berada dikostan barunya, hari ini kebetulan hari sabtu, aku ingin mengunjungi Julian, sekalian membawakan makanannya untuknya, aku berani taruhan, jika hari libur begini Julian bisa tidur seharian, seperti orang mati. Aku sudah berada didepan kostan Julian. Aku meneleponnya lagi agar dia membukakan aku pagar, karena aku yakin dia pasti tidur lagi walau aku tadi sempat meneleponnya memberitahu bahwa aku akan datang. Julian pacarku ini sebenarnya ingin sekali menjadi pengacara, dan dia sebenarnya adalah sarjana hukum, aku rasa kantor barunya yang sekarang ini bisa sebagai sarana dia dalam belajar untuk menjadi seorang pengacara. Bekerja sambil belajar dan mengasah kemampuannya. Kalau boleh jujur Julian ini mantan playboy, entah mantan atau masih, yang jelas selama denganku dia belum menunjukkan tingkah yang aneh.“Kamu belum mandi? Bangun gih, mandi dulu.” Kataku saat telah berada di kost-an Julian. Aku menyuruhnya mandi sementara aku menunggunya diruang tamu. Kostan ini sebenarnya rumah penduduk yang kamarnya sengaja di kontrakkan, pemilik kostan pun tinggal dirumah ini, jadi kostan ini cukup aman. Pemilik kostan ini hanya memiliki dua anak laki-laki.Setelah selesai mandi.“Sayang. Gimana kostannya menurut kamu. Asik kan?” Tanyaku pada Julian setelah dia selesai mandi.“Iya lumayan asiklah. Nyaman juga kok.” Jawabnya sambil menggosok-gosok kepalanya dengan handuk.“Oiya beb, kemarin, pas waktu aku mau mandi, pagi-pagi ada cewe cantik banget, cuma pake handuk doank.”“APA??”“Cewe beb, cantik pake banget.” Julian mengulang dengan ekspresi sumringah dan wajah tanpa dosa, tanpa merasa bersalah sedikitpun.Aku mulai geram, karena seingatku rumah ini penghuninya laki-laki semua, lalu darimana datangnya wanita itu, apakah dia saudara dari yang punya rumah. Tetapi aku tidak yakin, karena pemilik rumah ini adalah orang Batak tulen tanpa blasteran manapun.“Trus beb, kamu bayangin ga? Handuknya tiba-tiba jatuh.” Julian melanjutkan ceritanya.“WHAT??”Aku mulai emosi, mulai naik darah. Dasar lelaki!“Tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.” Lanjut Julian.Aku semakin emosi saat Julian melanjutkan perkatannya.”Aku gemeteran beb liat. Aku hampir pingsan beb saat aku melihat dia.” Julian masih melanjutkan ceritanya dengan antusias, dengan semangat empat-empat sehari sebelum Indonesia merdeka. Jujur, aku semakin geram mendengar cerita Julian.“Trus kamu lihat dia?” Tanyaku dengan penuh amarah.“Ya jelas dong beb. Terus, pas aku liat ke bawah...... “ Julian tidak melanjutkan ceritanya.“Terus apa??” Tanyaku semakin marah dan pastinya aku tidak sabar dan tanganku sudah bersiap-siap ingin mendarat dipipinya.“Ternyata isinya sama kaya punya aku beb.” Julian lalu tertawa terbahak-bahak. Hampir saja tanganku ini mendarat di wajah tampannya itu.“Juliaaaaaan……….”Aku menjerit.“Kamu tau ga beb? Dengan suara ngebas dia bilang "woy! Ngapain liat-liat, lo jg punya." Julian semakin tertawa, tetapi aku semakin geram dengan cerita Julian, aku fikir benar ada perempuan di kostan ini, ternyata, dia adalah yang biasa di kejar-kejar Satpol PP. Jujur sebenarnya aku emosi tetapi disisi lain aku juga ingin tertawa mendengar cerita Julian tadi.Setelah Julian selesai mandi, pakai baju dan bersiap-siap kami lalu pergi berjalan-jalan menghabiskan waktu weekend bersama. Aku dan Julian selalu menghabiskan akhir pekan bersama, terkadang jalan-jalan di mall, terkadang bermain dirumahku.***Suatu hari aku pergi ke kantor Julian, tumben sekali Julian tidak menjemput aku, walaupun kantor kami berdekatan tetapi Julian biasa menjemputku. Aku mendatangi kantornya dan kudapati ternyata dia masih sibuk bekerja. Aku menghampiri Julian di meja kerjanya aku menemukan ada sebuah lipstick.“Sayang, ini lipstick siapa?” Tanyaku curiga.“Boss aku, tadi dia kesini.”“Abis ngapain? Kenapa sampe ada lipstick begini?” Tanyaku penuh selidik.Julian menjelaskan panjang lebar dan aku sama sekali tidak bisa menerima penjelasannya yang ngalor-ngidul tidak karuan.“Terus, ini ada jam tangan perempuan, jam tangan siapa? Jam tangan Boss kamu juga?” Tanyaku dengan kecurigaan yang naik satu level dari level sebelumnya.“Bukan.” Jawabnya santai.“Bohong! Kamu pasti abis makan siang sama perempuan kan? Buktinya tadi kita ga makan siang bareng, alasan kamu sibuk.” Aku mulai menuduh Julian.“Tidak sayang, itu jam tangan adalah barang bukti dari kasus pencurian yg sedang aku tangani.” Julian menjelaskan dengan sabar.“Kenapa harus kamu yang menangani kasus?”“Aku kan pengen jadi pengacara beb, jadi aku mulai belajar dari hal kecil dulu, dan Boss member kepercayaan kepadaku untuk menangani kasus ini.” Julian masih sabar menjelaskan.“Yaudah yuk, kita pulang.” Ajakku pada Julian, karena ini sudah mulai malam.Saat akan meninggalkan ruangan mataku menemukan sebuah benda yang menarik mataku. Aku menghampirinya. Sebuah kotak perhiasan. Aku mengambilnya dan membukanya.“Sayang, ini kotak perhiasan apa? Apa ini juga kasus yang sedang kamu tangani?” Aku melirik Julian sambil menyindir dengan pertanyaan.“Bukan beb, itu beli untuk kamu.” Jawab Julian santai.Aku membuka kotak kecil itu dan aku menemukan sebuah cincin didalamnya. Aku senang, tetapi hanya sesaat saja, karena aku melihat ukiran nama di cincin itu.“Selly itu siapa?” Tanyaku geram pada Julian.“Nama aku Serly bukan Selly!” Aku semakin geram dengan Julian.“Itu pedagannya salah ukir nama beb, jangan marah dong, beda tipis doang.” Julian masih sabar, padahal dalam hatinya Julian sangat dag dig dug, takut ketahuan.“Sayang, tolong jujur sama aku, Selly itu siapa?” Aku mulai serius dan aku menatap mata Julian tajam, aku serius, kali ini aku benar-benar serius.Julian hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku, tidak bersuara sedikitpun.“Kalau Selly lebih baik dari aku, kamu silakan pergi dengan dia, maaf ya. Aku pamit.” Kataku saat itu, dan aku langsung berbalik dan pergi meninggalkan Julian.“Beb tunggu. Ikut aku ke kostan yu, aku jelasin nanti.”Aku menuruti ajakan Julian, setelah tiba dikostan Julian.“Juliaaaaannnnn………………” Aku berteriak histeris.“Kenapa sayang?” Julian tidak kalah kaget.“Ini BH siapa??” Suaraku keras. Masa bodo jika ada yang dengar aku sudah emosi melihat tingkah Julian sejak dikantor tadi.“Apa kamu mau bilang kalau ini barang bukti dari kasus yang kamu tangani?” Suaraku semakin keras, aku semakin emosi.“Iii.. iya sayang, ini barang bukti.” Jawab Julian gugup. Padahal sebenarnya Julianpun tidak tahu itu BH siapa, boro-boro barang bukti, namun saking gugupnya Julian menghadapiku yang mulai emosi jadi Julian jawab saja bahwa itu adalah barang bukti.“Barang bukti apa yang seperti ini?” Bentakku pada Julian.“Ini barang bukti apalagi?? Ini kasus apaaa??” Aku masih terus berbicara dengan suara keras saking emosinya aku.”“Itu, itu barang bukti dari kasus perselingkuhan.” Jawab Julian masih dengan gugupnya. Padahal tidak demikian kenyataannya. Perslingkuhan siapa dengan siapa, entahlah Julianpun tidak tahu, dia asal sebut saja demi menyelamatkan nyawanya dari cengkeramanku.“Kasus perselingkuhan?” Aku masih dengan suara keras.“Iii… Iya beb.” Julian semakin gugup.“Kasus perselingkuhan kamu dengan Selly kan?” Bentakku lagi.“Iya beb,.”“APA?” “Ngga beb, bukan, bukan aku yang selingkuh.”“Kamu bohong!”“Sumpah beb, bukan aku, aku ga tau itu BH siapa. Itu cuma barang bukti yang aku tangani.” Julian gugup tidak tahu harus menjelaskan seperti apa kepada ku, aku sudah terlanjur marah dan kesal, sehingga Julian sangat kebingungan, antara ingin menjelaskan atau meredam emosiku terlebih dahulu.PLAK!!“Kita putus!!” Bentakku pada Julian setelah mendaratkan tanganku diwajah tampannya.Aku pulang meninggalkan Julian.***Sementara itu dikamar kost Julian.“Sialan! Gara-gara BH sialan ini! Punya siapa sih?! Kalau sampai aku tahu ini punya siapa, aku habisi itu orang!” Julian geram.Tok tok tok. . .“Siapa?”“Bapak.” Jawab suara dari seberang pintu.Rupanya Bapak pemilik kost yang datang. Julian segera membuka pintu. Julian mendapati Bapak pemilik kost senyam-senyum.“Maaf Nak Julian, Bapak ingin mengambil BH yang Bapak titipkan dikamar Julian. Jadi tadi Bapak sengaja nitip ini, kebetulan kamar Nak Julian tadi tidak dikunci, jadi Bapak lempar saja ke kamar Nak Julian, supaya tidak ketahuan Ibu. Hehehe.” Bapak menjelaskan panjang lebar sambil cekikikan.“Apa?? Jadi… Jadiii…. Ini??” Julian gugup tak bisa berbicara apapun.Sementara Bapak pemilik kost sudah mengambil BH yang menjadi biang keributan tadi, BH yang menjadi penyebabkan putusnya hubungan kami.“Serliiiiii………………” Julian berteriak.*** SELESAI ***Data diri :Siska L. Rumahorbo, anak pertama dari empat bersaudara. Menyukai klub Real Madrid C.F, penggila Cristiano Ronaldo dan Mario Gotze. Lahir di Garoga, Sumatera Utara, alumni dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Bisa dihubungi via WhatsApp di 081280228820, facebook Siska Lasria Rumahorbo, twitter @kim289_ dan @siskarumahorbo, instagram @siska.rumahorbo. LINE : siskalasriarumahorbo Bisa intip blognya di http://siskarumahorbo.blogspot.com atau google plus di : siskalasriarumahorbo020889

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun