"Peace begins with a smile" adalah salah satu quote yang pernah dikatakan oleh seorang biawati Katolik Roma, Bunda Teresa. Ia adalah seorang biarawati berdarah Albania, yang berkewarganegaraan India yang mendirikan The Missionaries of Charity's atau Misionaris Cinta Kasih di Kalkuta, India. Bunda Teresa adalah sosok wanita yang memiliki jiwa cinta kasih yang begitu besar, selalu melayani orang tersingkirkan serta membantu mereka yang sakit dan membutuhkan bantuannya.Â
Mary Teresa Bojaxhiu, MC, lahir di Uskup, Kosovo Vilayet, Kekaisaran Ottoman (sekarang Skopje, Makedonia Utara) pada tanggal 26 Agustus 1910 dengan nama lahir Anjez Gonxhe Bojaxhiu. Ia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Dranafile dan Nikoll Bojaxhiu. Ia dibaptis di Skopje sehari setelah kelahirannya. Kemudian, ia menganggap tanggal 27 Agustus, hari di mana ia dibaptis, sebagai hari kelahirannya yang sebenarnya.
Awalnya Bunda Teresa adalah seorang biarawati yang melayani dengan cara mengajar Geografi di sebuah sekolah di India. Bahkan, ia sempat diangkat menjadi seorang kepala sekolah, namun hatinya tergerak untuk membantu orang-orang melarat dan kaum-kaum papa di sepanjang jalan di kota Kalkuta. Kota Kalkuta yang dulunya adalah kota industri, berubah menjadi kota kumuh dan dipenuhi penduduk miskin yang terlantar.
Hatinya berdegub kencang oleh panggilan dari Tuhan untuk melayani mereka yang paling miskin di antara orang-orang miskin. Panggilan ini yang mendorongnya untuk mengabdikan diri untuk mengasihi orang-orang yang tak di kehendaki kehadirannya dan yang tersingkir dalam masyarakat. Bunda Tersesa percaya, sekecil apapun wujud kepedulian kita terhadap orang lain, entah itu memberi pertolongan, dukungan moril atau hal lainnya, hal itu sudah menjadi sebuah langkah awal untuk berbelas kasih terhadap sesama manusia.
Seperti kata Bunda Teresa, "We ourselves feel that what we are doing is just a drop in the ocean. But if the drop was not in the ocean, I think the ocean would be less because of the missing drop". Karena, sekecil apapun belas kasih yang kita berikan kepada manusia lain, itu artinya kita sudah menebar kebaikan dan menunjukkan bahwa kemanusiaan itu masih ada. Kita memberikan setitik cahaya terang ke dalam pekatnya kegelapan yang sudah lama kehilangan cahayanya dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Itulah salah satu karya dari Bunda Teresa, tidak hanya berbelas kasih dan mengasihi orang miskin, ia pun juga tinggal di antara mereka. Dengan berbekal sandal pemberian suster-suster di Patna dan salib yang disematkan di bahu kiri kain sarinya, serta uang lima rupee pemberian Uskup Agung Kalkuta, ia memulai tugas karya misi melayani dan hidup di tengah-tengah kawasan kumuh Motijhil. Keseimbangan jiwa antara rahmat ilahi dan kehendak kuat itulah yang memancarkan panggilan kekudusan umat manusia melalui karya pelayanannya.
Warisan semangat pelayanan Bunda Teresa-pun terus hidup dan menginspirasi banyak orang-orang muda, diantaranya adalah mahasiswa Universitas Andalas. "Berbuat baik kepada orang lain seharusnya tidak memandang suku dan agama, karena berbuat baik merupakan kewajiban setiap manusia dan apa yang telah dilakukan  oleh Bunda Teresa itu adalah hal yang benar dan patut menjadi inspirasi terutama bagi generasi zaman sekarang" kata Shinta Dzikra Ilahi, salah satu mahasiswi Universitas Andalas.
Tidak hanya generasi milenial dan generasi z yang banyak mengidolakan Bunda Teresa, salah satu guru Siska semasa SD juga ada yang sangat mengidolakan Bunda Teresa. Ibu Susi selaku guru Agama sangat mengagumi karya pelayanan Bunda Teresa. "Ada banyak orang yang beriman dan beragama, namun hanya sedikit yang bisa melakukan hal besar seperti apa yang dilakukan oleh Bunda Teresa, ia mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk melakukan aksi pelayanan sekecil apapun dengan rasa cinta kemanusiaan yang besar" jelas Ibu Susi.
Pada tahun 1979, Bunda Teresa mendapatkan penghargaan Nobel. Saat acara penganugerahan, Bunda Teresa meminta agar perayaan makan malam mewah dibatalkan dan memohon agar dananya diberikan kepada orang-orang miskin dan melarat di Kalkuta. Di tahun 1980 Bunda Teresa mendirikan rumah untuk korban-korban yang kecanduan obat-obatan terlarang, pelacur, dan wanita cacat, serta panti asuhan dan sekolah untuk anak-anak miskin.