Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menghadapi Fenomena Doom Spending yang Mengancam Stabilitas Keuangan

29 September 2024   18:00 Diperbarui: 29 September 2024   18:02 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja berlebihan. (Sumber: Ariya J/kompas.com) 

Ilustrasi belanja online. (Sumber: grinvalds via kompas.com) 
Ilustrasi belanja online. (Sumber: grinvalds via kompas.com) 

Ada ciri-ciri untuk mendeteksi diri apakah sudah masuk pada permainan fenomena doom spending atau tidak. Pertama, sering melakukan pembelian tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Membeli barang hanya karena lucu, membutuhkan validasi dari orang lain, ikut-ikutan trend, dan hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi saja. Tanpa memikirkan apakah pembelian itu ada manfaatnya atau tidak. Apakah pembelian itu dipakai dalam jangka waktu panjang atau tidak. Dan pertimbangan-pertimbangan lainnya yang seharusnya dipikirkan sebelum mengambil keputusan pembelian.

Kedua, melakukan pembelian untuk mengatasi stres. Ada orang yang kepala pusing akan reda seketika kalau berbelanja. Stres dikit, langsung belanja. Mengabaikan tabungan masa depan. Mengabaikan kebutuhan lainnya yang harusnya diprioritaskan.

Bagi, generasi Z dan Milenial yang memegang prinsip YOLO atau prinsip bahwa hidup hanya sekali, biasanya lebih mudah terjerat doom spending. Membenarkan pengeluaran berlebihan dengan alasan bahwa hidup harus dinikmati. Maka tak apa melakukan pembelian berlebihan. Tanpa melakukan banyak pertimbangan.

Ilustrasi impulse buying. (Sumber: freepik via kompas.com) 
Ilustrasi impulse buying. (Sumber: freepik via kompas.com) 

Dikutip dari cnnindonesia, Dosen senior keuangan di King's Business School Ylva Baeckstrm mengatakan, tren doom spending terjadi karena generasi Z terus-menerus menerima berita buruk dan merasa seperti kiamat. Membuat generasi muda merasa stres dengan kondisi keuangannya di masa depan sehingga mencari pengalihan agar tidak stres. Imbas dari doom spending, Baeckstrm menduga, generasi Z dan milenial akan menjadi lebih miskin dibanding generasi sebelumnya.

Jika kita analisis, dampak dari doom spending bisa kita lihat dari banyaknya generasi muda yang terlilit utang. Ingin menghindari stres keuangan di masa depan dengan belanjar berlebihan sampai abai dengan limit kartu kredit. Apalagi kini begitu mudahnya meminjam uang dari pinjaman online. Hanya modal foto selfie dengan KTP saja, seseorang bisa meminjam uang secara instan. 

Tabungan darurat pun habis. Membuat masalah baru ketika benar-benar membutuhkan tabungan darurat untuk hal yang sangat penting. Misalnya mengalami kecelakaan atau musibah yang tidak dapat diprediksi. Sayangnya sudah tidak memiliki tabungan darurat karena asyik dengan fenomena doom spending.

Ironisnya, fenomena doom spending yang dimaksudkan untuk mengurangi stres keuangan, malah menambah stres keuangan di masa depan. Pengeluaran tak terkontrol. Perencanaan keuangan semakin berantakan. Bukannya mengurangi masalah, justru malah menambah masalah baru. Alhasil, stres yang sebenarnya tidak benar-benar hilang. Justru semakin parah.

Ilustrasi stres karena masalah finansial. (Sumber: OcusFocus via kompas.com) 
Ilustrasi stres karena masalah finansial. (Sumber: OcusFocus via kompas.com) 

Tantangan terberat untuk bisa terhindar atau terlepas dari doom spending adalah tekanan dari media sosial. Adanya digital marketing memperkuat seseorang untuk untuk hidup mewah dan mengikuti tren. Tergoda dengan promo yang ditemui di media sosial, terbuai dengan trend yang sedang viral, dan tentunya mengharapkan validasi di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun