Intinya, siapa saja yang berteman dengan saya di media sosial dan mengikuti kegiatan saya, isinya hanya seputar tugas mahasiswa dan hobi saya nongkrong di bioskop.
Sebenarnya bukan tanpa alasan saya senang ke bioskop. Alasan yang pertama sudah saya tuturkan di awal. Bahwa suasana bioskop memang bikin betah.Â
Saya lebih sering memilih jadwal studio bioskop yang sepi. Entahlah, lebih tenang dan adem saja.
Namun, lain cerita kalau harus menonton film horor. Sudah pasti saya memilih hari libur. Biasanya bioskop akan dipenuhi pengunjung pada saat tanggal merah atau akhir pekan.
Menonton film horor dengan suasana studio yang sepi, sama sekali tidak ada dibenak saya haha. Itulah alasan mengapa saya tidak tepat waktu jika membuat review.Â
Misalnya, film tersebut rilis pada hari Kamis. Tetapi saya baru pergi ke bioskop di hari Minggu. Otomatis pada hari Senin saya baru bisa membuat reviewnya. Yang terkadang baru bisa saya upload ke Kompasiana pada hari Selasa. Kurang lebih gambarannya seperti itu.
Selain itu, saya juga tetap harus menyesuaikan dengan kondisi dan padatnya pekerjaan. Saya sering gagal menonton film favorit yang sudah saya idam-idamkan dari jauh-jauh hari karena ada jadwal mengajar di kampus.
Sejauh ini, saya membuat kegiatan menonton film ke bioskop menjadi sebuah liburan sederhana yang menyenangkan dan murah meriah.
Memang, jika secara hitung-hitungan matematis, berlangganan platform streaming yang menyediakan berbagai tontonan lebih menguntungkan dan murah sekali. Misalnya saja hanya dengan budget 50rb, pengguna sudah bisa menonton sepuasnya selama 1 bulan penuh.
Sayangnya, saya selalu merasa kurang gereget kalau hanya menonton film di ponsel, tv, ataupun PC. Pada intinya, bisa diselesaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Jika pergi langsung ke bioskop, saya merasa sekalian jalan-jalan saja. Membeli beberapa kebutuhan pribadi dan rumah, usai menonton ataupun sebelumnya.Â