Mungkin di antara kita ada yang pernah ada di fase menjadikan toko buku adalah tempat ternyaman untuk menghilangkan penat. Melihat berbagai warna sampul buku yang berjajar rapi di setiap raknya. Ditambah lagi aroma buku baru seolah meminta untuk dikonsumsi.
Nostalgia dengan jaman dulu, mungkin ada yang pernah kencan ke toko buku dengan si dia. Sambil sesekali berupaya mencari tahu genre buku apa yang digemari olehnya. Barangkali bisa dijadikan ide untuk mengeluarkan jurus-jurus pdkt kala itu.
Salah satu toko buku yang bisa dibilang melegenda adalah Toko Buku Gunung Agung. Kembali membuka sejarah, Toko Buku Gunung Agung mulai didirikan pada tahun 1953 oleh Tijo Wie Tay.Â
Bermula berjualan buku bekas, yang lambat laun mengalami perkembangan bisnis menjadi berjualan buku baru. Bisnis ini mulai berkembang ketika menyelenggarakan pameran buku.
Perlahan membuka cabang di berbagai daerah, mulai dari Yogyakarta, Medan, Riau, hingga Papua. Tak berhenti sampa di situ saja, berbagai bidang bisnis semakin diperlebar, mulai dari bisnis percetakan, penerbitan, distribusi, hingga impor majalah.
Sayangnya, Toko Buku Gunung Agung dikabarkan akan menutup seluruh gerainya tahun ini. Yang di mana saat ini, hanya tersisa 5 gerai saja. Itu berarti, 5 gerai Toko Buku Gunung Agung akan tutup tahun ini. Hal tersebut ternyata bukan rumor semata, karena memang dituturkan langsung oleh pihak Manajemen  PT GA Tiga Belas.
"Pada akhir tahun 2023 ini, kami berencana menutup toko/outlet milik kami yang masih tersisa. Keputusan ini harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar," kata Manajemen PT GA Tiga Belas dalam keterangan resmi, Minggu (21/5/2023) yang dikutip pada kompas.com.
Mungkin di antara kita ada berpendapat bahwa gulung tikarnya Toko Buku Gunung Agung adalah efek dari adanya  Covid-19. Memang pada saat pandemi berdampak pada keberlangsungan perusahaan. Namun sebelum itu, Toko Buku Agung sudah perlahan melakukan efisiensi dan efektivitas usaha kerja sejak tahun 2013.
Kala Covid-19 melanda, manajemen perlahan menutup beberapa gerainya karena tidak mampu menutupi biaya operasional yang tidak sebanding dengan pendapatannya. Mulai dari Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Keputusan tersebut diambil untuk dapat menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian operasional.