Desa Watutulis, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo memang banyak menyimpan sejarah peradaban Babad Tanah Jawa yang ada, selain terdapat sisa bongkahan candi dari peninggalan Kerajaan Kahuripan, juga terdapat punden leluhur yang menjadi kebudayaan asli daerah masyarakat disana. Punden  ini merupakan peninggalan budaya nenek moyang yang selalu diuri-uri atau dilestarikan oleh masyarakat Desa Watutulis.
Tim Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKN-P) Kelompok 40 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bersama karang taruna bahu-membahu dalam merawat dan melestarikan lingkungan sekitar Punden Sembujo di Desa Watutulis. Agar warisan dari nenek moyang ini tidak hilang ditelan perkembangan zaman, tim KKN-P bersama dengan pemuda karang taruna Desa Watutulis melestarikan lingkungan di sekitar punden, yang bertujuan agar terlihat bersih, indah, dan asri. Yang mana diharapkan nantinya dapat menarik minat warga, baik warga Desa Watutulis maupun dari luar desa Watutulis untuk berkunjung ke sana. Dan kami juga berharap pelestarian ini dapat dijaga dan diteruskan oleh masyarakat Desa Watutulis sendiri.
Dalam program pelestarian lingkungan di sekitar punden ini, tim KKN-P bersama pemuda karang taruna melakukan kegiatan diantaranya memotong rumput-rumput liar di sekitar punden, menanam tanaman toga dan tanaman hias agar terlihat lebih asri, membersihkan sampah-sampah yang berserakan, mengecat seluruh tiang dinding di punden, menyediakan tempat sampah dan membuatkan papan kayu yang berisikan tulisan indah agar lebih menarik.
"Sebelum ada Tim KKN-P Umsida, Punden Sembujo sedikit kurang terawat. Tetapi setelah ada tim KKN-P Umsida, kondisi punden jadi terlihat lebih bersih, indah dan asri. Hal tersebut dikarenakan tim KKN-P membantu merawat, memperindah dan melestarikan lingkungan sekitar punden." ucap Arga Dwi Prastyo, ketua karang taruna Desa Watutulis Prambon.
Kebudayaan daerah termasuk Punden Sembujo ini adalah suatu kebudayaan peninggalan atau warisan dari nenek moyang yang perlu dirawat. Jangan sampai kebudayaan yang mengajarkan arti kebersamaan, gotong royong, dan persaudaraan ini hilang begitu saja ditelan perkembangan zaman. Kita terutama generasi muda inilah yang sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk tetap menjaga dan merawat kebudayaan daerah asli ini.
Penulis: Siska Dwi Anggraini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H