Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lukisan Mistis

13 September 2024   16:28 Diperbarui: 13 September 2024   16:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: pexels.com

Suara aneh itu masih terdengar
Menyisakan derik pilu menggigil
Dari onggokan lukisan
Yang tak jelas menorehkan sosok

Ya, suara lolong serak tercekat
Disertai anyir yang terbawa debu terbang
Entahlah, apa karena sapuan kuas penuh darah?

Suara aneh masih terdengar
Lirih, pilu, menyayat
Melantunkan kepedihan tak bertepi
Mengapa bau anyir makin pekat hingga dedaunan kering takut luruh dari ketiak ranting?

Obor nyalang menatap lukisan
Bersorak memberangus lukisan hingga meremah abu
Suara itu tetap terdengar, masih terdengar, terus terdengar.
Merintih, menyayat, makin pilu.
Abu itu berubah menjadi genangan darah. Pekat. Anyir.

Kota Tepian Mahakam, Jumat, 13 September 2024, pukul 14.05 WITA

***

Puisi ini dibuat oleh penulis saat menerima tantangan di Pos 5 - Games Jelajah Literasi bersama Komunitas Rumah Pena Alegori - sebuah komunitas kepenulisan alumni kelas puisi.

***

Artikel 21 - 2024

#Tulisanke-571
#PuisiSiskaArtati
#PuisiTemaHoror
#PuisiTemaAngker
#JelajahLiterasi
#RumahPenaAlegori
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun