Sepagi ini, kau pungut rindu dari sudut matamu
Lalu kau simpan dalam bejana tunggu.
Kau tutup bejana itu dengan doa agar kelak bisa bersua, denganku.
Kau tak ingin rindu yang terhimpun di sana, menguar begitu saja,
tak mau terbawa oleh angin lalu.
Siang ini, kau masih memungut serpihan rindu dari sudut hatimu
Lalu kau simpan dalam bejana tunggu.
Lagi-lagi kau tutup bejana itu, kali ini dengan mantra manis, kumenjagamu hingga kita bertemu.
Rindumu bergolak dalam bejana bisu.
Rindumu bergaduh menyuarakan luka-luka yang belum sembuh
Kala senja menyapa, kau mengajak bejana penuh keping-keping rindu
Ke atas bukit berhampar ilalang candu rayu
Membuka tutupnya dan sengaja membiarkan rindu itu terbang bagai kupu-kupu lepas dari karantina
Sudut matamu berhias titik-titik kaca
memantulkan bias warna jingga
Bibirmu berbisik, pertemukan aku dengan bidadariku
Langit malam cerah penuh pesona terang
Kau tersenyum dengan binar mata haru
Menemukanku di antara rasi bintang
Rindumu berdansa di antara galaksi semesta
Kota Tepian Mahakam, 26 September 2023, 08.45 wita
***
Artikel 87 - 2023
#Tulisanke-532
#PuisiSiskaArtati
#RindudiBejanaTunggu
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H