Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Berkesan Sepanjang Hayat di Setiap Tujuh Belas Agustus-an

21 Agustus 2023   18:36 Diperbarui: 21 Agustus 2023   18:43 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semarak merayakan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia masih kita rasakan sejak awal hadirnya bulan Agustus hingga saat inj. Sudut dusun, kampung, desa dan kota, mempercantik diri dengan hiasan bernuansa merah putih.

Segala lomba digelar guna meramaikan suasana. Anak-anak, remaja, emak-emak dan tak ketinggalan para bapak juga turut memeriahkan acara di seputar kediaman masing-masing.

Berbagai lembaga atau komunitas juga menyelenggarakan kegiatan beraneka rupa. Mulai dari jalan sehat, pasar murah, jumpa anggota alias kopdar, bersih desa dan ragam kegiatan lainnya.

Baca juga: Dear Agustus

Tahun ini saya tidak mengikuti kegiatan lomba di lingkungan rumah. Rencana berniat mengikuti jalan santai bersama warga pada Ahad, 27 Agustus 2023 nanti.

Namun di setiap momen 17 Agustus-an, saya selalu bersemangat mengikuti Upacara Pengibaran Sang Saka Merah Putih di Istana Negara melalui tayangan televisi atau live streaming stasiun televisi di youtube.

Ya, bersemangat mengikuti dari awal hingga akhir, utamanya saat para pelajar terpilih sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) memasuki arena lapangan dan menjalankan tugasnya. Dengan langkah tegap, mantap, wajah berwibawa, tersemat senyum dan rasa bangga menjadi bagian momen bersejarah di tiap tahunnya.

Begitu pula menyaksikan para pelajar terpilih dari tiap provinsi yang tergabung dalam Paduan Suara Gita Bahana Nusantara, mereka bersiap menyanyikan lagu-lagu wajib nasional atau lagu daerah dengan memgenakan pakaian adat masing-masing.

Terkadang saya turut berdiri hikmat mengikuti dan turut bernyanyi, terkadang pula duduk tersenyum, tertular rasa gembira dan gelora semangat patriotis di hati, mendendangkan lagu-lagu yang nereka bawakan.

*** 

Keharuan selalu menyusup di hati pada momen-momen seperti ini. Terkenang kilas balik saat para guru di masa sekolah mengajarkan rasa cinta tanah air dan jiwa patriot, mengenang jasa para pahlawan, dengan cara berlatih sebaik mungkin memberikan yang terbaik melalui kegiatan layaknya para Paskibraka dan Paduan Suara Gita Bahana Nusantara.

Pengenalan cinta tanah air melalui latihan baris-berbaris, menyanyikan lagu-lagu wajib nasional dan daerah, sejarah para pahlawan, begilir menonton film-film para pejuang kemerdekaan, mulai mewarnai kehidupan saya ketika memasuki kelas 3 Sekolah Dasar, baik melalui kegiatan Pramuka maupun kesenian.

Apalagi Hari Pramuka di Indonesia juga diperingati  setiap bulan Agustus yaitu pada tanggal 14. Sehingga semarak memperingatinya selalu beriringan dengan kegiatan Pramuka.

Semasa usia sekolah dasar hingga menengah atas, berkat bimbingan para guru dan instruktur dari luar sekolah, saya dan kawan-kawan hampir selalu terpilih menjadi bagian petugas inti di pelaksanaan Upacara Bendera.

Mulai dari petugas pengibar bendera, pembaca Undang-Undang Dasar 1945 tanpa teks, pemimpin regu, anggota dan pemimpin paduan suara. Amanah dari mereka, tentu sebisa dan semampu saya melaksanakan dengan rasa haru dan bangga.

Baca juga: Berlatih itu Wajib, Jadi Juara itu Bonus!

***

Momen paling berkesan dan takkan terlupa sepanjang hauat, ketika saya mengikuti seleksi dirijen untuk Aubade 17 Agustus semasa kelas 3 SMP.

Aubade adalah istilah umum yang merujuk kepada nyanyian atau alunan musik untuk memberikan penghormatan pada pagi hari. Aubade biasanya dibawakan oleh banyak orang, bisa dalam bentuk paduan suara, nyanyian tunggal, atau kelompok musik (ensembel, orkes simfoni). Di Indonesia, aubade kerap kali ditambahkan sebagai bagian dari upacara perayaan hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, yang ditampilkan setelah upacara pengibaran bendera selesai. 

Seleksi diikuti wakil dari masing-masing sekolah SMP dan SMA, alhamdulillah, saya terpilih oleh panitia upacara tingkat Kabupaten. Bersama itu pula, teman satu sekolah juga lolos seleksi dan terpilih sebagai pemimpin upacara.

Berkat bimbingan guru kesenian sekolah dan instruktur dari Dinas Pendidikan, saya berlatih serius menjadi Dirijen untuk Aubade pada Upacara Penurunan Bendera di sore hari.

Menjadi dirijen, tidak hanya melakukan gerakan tangan sesuai ketukan birama dari masing-masing lagu. Sebagai pemimpin paduan suara atau kelompok bernyanyi, kita harus luwes membawakan gestur tubuh, mimik wajah dan kode-kode tertentu pada saat alunan nada mendayu, pelan, suara keras, nada lagu menghentak dan gembira, namun tetap fokus dengan gerakan birama. Bahkan saya ikut sedikit berlenggang dan mengetuk panggung dengan kaki kanan, sebagai tanda semangat bernyanyi bersama.

Pada saatnya tiba, dihadapan ratusan pelajar, di atas podium yang disediakan, saya berdiri memimpin para peserta upacara dari perwakilan sekolah-sekolah untuk menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah. Dihadiri pula oleh Bapak Bupati dan seluruh jajarannya, saya menahan haru atas prestasi dan apresiasi ini. 

Usai acara, Bapak Bupati memberikan apresiasi kepada saya, Bambang (teman yang terpilih sebagai peimpimpin upacara), Pak Sigit (Guru Kesenian) serta seluruh jajaran guru dan kepala sekolah atas keterlibatan menjadi petugas inti dan melatih anak didik dengan baik.

Sayangnya, saya tidak memiliki foto di momen tersebut. Masa itu, saya tidak mempunyai kamera.

Sesampai di rumah, Ibu memeluk saya dan membisikkan kalimat rasa syukur dan kebanggaan. Ini semua berkat doa ibu dan bimbingan para guru yang tak kenal lelah mendidik saya dan teman-teman. 

Bagi saya, para guru bukan sekedar pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah pahlawan yang semestinya mendapatkan tanda jasa yang sebenarnya.

Salam hormat untuk para guru, kalian adalah pahlawan sepanjang masa bagi negeri Indonesia tercinta. Merdeka!

Salam sehat dan selalu bahagia.

***

Artikel 75 - 2023

#Tulisanke-520
#ArtikelDiary
#EventKPBMerdeka2023
#TujuhbelasanKPB
#KesanTujuhBelasan
#NulisdiKompasiana

Artikel ini saya ikutsertakan dalam lomba menulis Event KPB Merdeka 2023 / Tujuh belasan KPB di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun