Sepucuk surat cinta
Terselip diantara kertas-kertas bisu
Menuturkan isi hatimu
Menyatakan rasa yang terpendam
Aku tersipu, bukan malu
Tapi sensasi bungah yang menjalar dalam ribuan kubik darah meremaja
Ah, inikah jatuh cinta?
Ya, inilah cinta
Cinta pertama pada pandangan pertama
Di sudut relung hati terdalam, diam-diam
Aku menyukaimu dengan senyuman manismu aku telah jatuh hati
Cinta telah membuat hariku semakin indah dan berwarna
Warna-warni kehidupan
Yang telah kau rasakan sendirian
Diluar jangkauan takku pedulikan
Maafkan aku belahan jiwa nyawa taruhan
Sayangku padamu tanpa  pengecualian
Engkau belahan jiwaku
Tanpamu diriku tidak bisa utuh
Cinta ini hanya tumbuh denganmu
Tanpamu akan kering dan layu
Bertemu kala wisata dulu
Senyummu meluluhkan jantungku
Pribadimu menawan hidupku
Hingga hatiku tertinggal padamu
Bolehkah kupercayakan sepenggal hatiku padamu?
Bisakah kau menjaganya tetap utuh?
Aku takut tak kan mampu memperbaikinya
Jika suatu hari kau membuatnya patah
Patah hati ketika cinta telah terbelah
Membuat aku membuncah
Hidup pun tak terarah
Karena cinta yang kita bina jauh melangkah
Pernah langkahku tertatih menghitung jarak.
Pernah lisanku kelu mengeja rindu.
Namun, mengagumimu tak pernah membuatku jemu.
Simpul harap ini senantiasa kueratkan dalam bait sepertiga malam.
Semoga kelak kamu adalah benar belahan jiwaku.
Sosok imam yang kutunggu, merangkulku menuju indahnya istana syurga itu.
Rumah Pena Alegori, Senin, 19 September 2022
***
#PuisiKolaborasi dari Komunitas Rumah Pena Alegori (para alumni kelas puisi) dengan Tema Belahan Jiwa. Sebuah Puisi Bersambung karya bersama Siska Artati, Evi Salam, Titi Ariswati, Eka, Wildan, Popy  Kang Thohir dan Nur Ahyani