Aku terdampar
Hati kian berdebar
Seakan rindu semakin bar-bar
Membuat aku ambyar
Jiwa dan angan tentangmu pun membuyar
Debaran rasa kian sirna menggelepar
Tiada lagi dawai hujan yang bernada
Semua sirna bersama keangkuhan dan luka
Kuharap kuncup rindu yang merekah di dada kita
Takkan pernah menjelma arak-arakan kelam
Menutupi rona pada sebentang langit lembayung
Lalu, perlahan rinainya melepuh di mataku
Yang fana memang hanyalah waktu
Luka terpantik oleh kenangan 'kan semayam selamanya
Malam yang di basahi oleh
Air hujan, di selimut
Oleh kenangan, yang dulu pernah kita
Lalui bersama sama, yang membuat aku
Lupa bahwa sekarang kau bukan lagi
Menjadi milikku.
Hujan,
Kemana gerang kauantar jalanku pulang
Segala imaji terjebak di tiap langkah.
Segala kuyup bagai waktu yang terbuang berlalu
Tanpa sengaja terlintas kenangan di memori
Yang pernah hiasi diri
Di tengah hujan yang mengguyur bumi
Memantik kalbu terhujam belati
Rumah Pena Alegori, Senin 5 September 2022
***
#PuisiKolaborasi dari Komunitas Rumah Pena Alegori (para alumni kelas puisi) dengan Tema Hujan. Sebuah Puisi Bersambung karya bersama Titi Ariswati, Dan Bintang Orion, Ikriima Gh, Sumartini, Evie Salam, Ry Kumala, Wildan, Siska Artati, Adrylaa Love, Kang Thohir, Vina Rosse, Almahdi, Syarif, Zayn dan Fauzi Hammadfa
***