Apa mau dikata, namanya niat mau berbagi - kata mereka - di tahun berikutnya mereka kembali memberikan bingkisan lebaran dengan isian yang sama. Sederhana dan bermanfaat tapi rasanya istimewa bagi keluarga kami.
Sembako pun kembali saya salurkan, berbagi kepada ART atau kawan terdekat yang membutuhkan.
Terkadang kantor dari suami bekerja, juga memberikan bingkisan lebaran berupa sembako untuk para staff, sehingga kami pun senang berbagi lagi kepada orang lain dari pemberian tersebut.
***
Tidak setiap tahun di jelang lebaran hadir hampers atau parcel di rumah kami, karena kami warga biasa, bukan pejabat atau orang berkedudukan dalam lembaga atau organisasi.
Namun, bingkisan lebaran sederhana, sesekali singgah jua si rumah kami. Seperti dari orangtua yang anaknya mengaji di rumah kami, tetiba memberikan satu goodie bag berisi sembako lewat anaknya. Lagi-lagi itu diluar dugaan kami.
Ada jua tetiba pembina kajian memberi hadiah untuk saya jelang lebaran, padahal kami jarang ketemu sejak pandemi namun tetap menjaga silaturahim melalui komunikasi.
Ada pula murid mengaji dari ibu-ibu kantor dinas yang tetiba memberikan sembako jelang saya pulang ngajar. Saya hanya bisa berucap terima kasih, mendoakan keberkahan ataa niat mereka semua, dan berbagi dengan ART setiba di rumah.
***Â
Apakah saya membalas pemberian mereka dalam bentuk bingkisan juga? Jujurly, saya tidak melakukannya. Namun, saya sebut nama mereka dalam doa setiap menyalurkan kembali sebagian pemberiannya kepada orang lain.
Agar keberkahan atas niat baik terus mengalir menjadi sedekah mereka. Jikalau saya pun memiliki sesuatu yang bisa saya bagikan atau berikan, saya melalukannya di luar momen lebaran.