Tadi pagi saya dan suami berolahraga berdua, jalan santai keliling seputaran desa. Naik turun bukit, menikmati udara segar dan kicauan burung. Bergandengan tangan, sambil ngobrol ringan, dan sesekali bersapa dengan sesama pejalan lainnya.Â
Anak gadis tidak ikut menikmati suasana pagi, karena pelajaran melalui daring tetap berlangsung hingga siang.
Ditengah obrolan santai, tetiba suami menantang saya memasak menu Iwak Pe Asap Masak Mangut Kemangi. Mumpung tak ada agenda keluar rumah setelah berolahraga.Â
"Tumben. Biasanya tiap kali ke pasar, ditawari masak mangut, jarang mau." Celetuk saya menjawab tantangannya.
"Pengen aja kali ini bunda masak itu, daripada beli masakan matang di warung." Senyum suami menimpali.
"Wokeee, siapa takut! Tapi aku nonton carane masak nang Youtube sik, ya." Saya tertawa kecil, agak deg-deg-an juga karena bakal jadi pengalaman pertama masak mangut.
Jadilah saya ngintip tayangan masakannya di beberapa kanal youtube usai berolahraga dan meyakinkan diri bahwa saya bisa mengeksekusinya.
***
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan entri "mangut" --yang merupakan serapan dari bahasa Jawa-- sebagai "ikan yang digoreng atau dipanggang, dimasak dengan santan kental yang telah dibumbui dengan cabai."Â
Kata "mangut", dengan demikian, memiliki fungsi yang sejajar dengan "betutu", "gulai", atau "sup". Tetapi, dari semua wacana yang dikenal sekarang, hampir tidak terlihat bahwa kata mangut pernah merujuk kepada jenis ikan tertentu. (Selengkapnya ada pada artikel: "Mangut: Dari Ikan ke Masakan" di DetikNews).