Secangkir teh hangat menepuk pipi senja
Ranum senyum Sang Jingga membalas sapa aroma melati
yang menguar dari teh hangat berseduh cinta ke penjuru mayapada
Penjaman mata pun menghirup harum jelang petang yang dinanti
Aha, siapa gerang yang meringkuk dalam cangkir tehku?
Sedih nian wajah yang tertekuk memeluk kedua lutut
Penat tubuh disandarkan pada kaki mungil penopang jiwa
Duhai, Si Mungil, darimana datangmu?
Ia angkat wajah padaku, senyum miris, mata sayu membalas sapaku.
Ah, mari kutuang teh pada lapik berhias kupu-kupu
Dan, olalaaa!
Kau pun mengayun tubuh dalam genangan teh melati
Lagak lagu gayamu mengikuti melodi
Gemulai lincah dalam sorot jingga petang ini
Percikan teh hangat menjalari diri
Dan kuingin menikmati seteguk demi seteguk air wangi
Senja berpelukan dengan ilalang pada cakrawala
Hai, kemana kiranya Balerina pada lapik kupu-kupu pergi?
Kupandang tajam pantulan cahaya cangkir teh hangat
Ia terus menari anggun melepas tawa riang di manik-manik mataku
***
Untukmu yang selalu riang, Bukit Pinang, 01072021
#PuisiSiskaArtati
#Tulisanke-213
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H