Pembaca Kompasiana yang senantiasa dalam keberkahan,
Bulan Sya'ban tinggal penghujung hari, in syaa Allah pekan depan Ramadan pun tiba. Segenap ummat Islam bersiap melakukan ibadah puasa wajib selama sebulan penuh, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kaum beriman.
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa" (QS. Al-Baqarah ayat 183)
Melalui ayat ini Allah Swt. mengajak berbicara kepada orang-orang mukmin dan memerintahkan kepada mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama, dengan niat tulus karena Allah Swt. Karena di dalam berpuasa terkandung hikmah membersihkan jiwa, menyucikannya, serta membebaskannya dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak yang hina.
Allah Ta'ala menyatakan bahwa sebagaimana Dia telah mewajibkan puasa itu kepada orang-orang mukmin, Dia pun telah mewajibkannya kepada oeang-orang sebelum mereka. Dengan demikian, ada suri tauladan bagi mereka dalam hal berpuasa. Maka hendaklah mereka bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajiban ini dengan lebih sempurna dibanding dengan apa yang telah dijalankan oleh orang-orang sebelum mereka.
Ada beberapa sebutan atau gelar bagi bulan ramadan yang merupakan perwujudan dari kesungguhan melaksanakan ibadah di bulan suci ini. Berikut rangkuman enam istilah yang biasa disematkan, yaitu:
Pertama, Syahruttarbiyah (Bulan Pendidikan)
Ramadan adalah bulan pendidikan bagi kaum muslimin. Para ulama menyebut Ramadan sebagai syahruttarbiyah karena begitu banyak hikmah dan nilai-nilai pendidikan yang dikandungnya. Adanya kajian ilmu yang makin banyak digelar di bulan ramadan, baik tatap muka langsung atau melalui daring. Baik di pesantren, sekolah umum, maupun perkantoran, juga siaran televisi atau radio. Bahkan media sosial juga menyajikan kajian keislaman. Diharapkan dengan pendidikan ini, kita menjadi pribadi yang lebih baik dan berkualitas usai ramadan.
Selain itu, banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa selain haus dan lapar. Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta'ala haramkan, ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, melakukan hal itu dan masa bodoh, maka Allah tidak butuh (amalannya) meskipun dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasa)." Ahmad berkata; Seorang laki-laki memahamkanku tentang isnad hadits ini. - Hadits Shahih Al-Bukhari No. 5597 - Kitab Adab
Kedua, Syaru Ibadah (Bulan Ibadah)
Allah memang menjadikan bulan ini sebagai bulan yang sangat kondusif untuk beribadah. Pada bulan ramadan, aktivitas ibadah yang bersifat ritual harus ditingkatkan, baik yang wajib maupun yang sunnah. Allah melipatgandakan pahala di bulan ini, yang mana pintu surga di buka seluas-luasnya, dan pintu neraka ditutup. Allah membukakan amal-amal bagi hamba-Nya yang bisa memastikan hamba masuk surga, seperti: puasa, shalat, tilawah dan semacamnya. Jadi, jalan menuju surga pada saat Ramadan begitu mudah dan gampang dikabulkan.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada saya Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepada saya Ibnu Abu Anas, maulanya at-Taymiyyiin bahwa bapaknya menceritakan kepadanya bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila bulan Ramadhah datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu". Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1766 - Kitab Shaum
Ketiga, Syahru Quran (Bulan Alquran)
Disebut demikian, karena pada bulan Ramadan-lah Alquran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia, dipahami dan ditadabburi bagi insan yang beriman kepada kitabullaah. Alquran adalah pembeda antara yang haq dan yang bathil.
"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk serta pembeda (antara kebenaran dan kebatilan)" (QS. Al-Baqarah:185).
Allah SWT juga menegaskan, Alquran diturunkan pada suatu malam di bulan Ramadan, malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni Malam Qadar (Lailatul Qadr).
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al Qadr: 1-5).
Oleh sebab itu, selama bulan Ramadhan, kaum Muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Alquran dan mendukung penuh lembaga-lembaga pendidikan Alquran.
Keempat, Syahru Dakwah (Bulan Dakwah)
Bulan Ramadan adalah kesempatan terbaik untuk berdakwah. Orang-orang lebih gemar melakukan kebaikan dan mau mendengar dakwah di bulan mulia. Moment ini semestinya digunakan oleh para dai untuk memberikan nasehat dan wejangan. Kesempatan saat kultum Shubuh maupun Tarawih, atau ba'da Zhuhur bisa dimanfaatkan untuk hal tersebut. Itulah yang menjadi pendorong kegiatan dakwah makin meningkat di bulan ramadan. Dijadikan titik ukur kegiatan di berbagai tempat.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun." - Hadits Sunan Ibnu Majah No. 236 - Kitab Mukadimah
Berdasarkan hadist tersebut, maka seorang yang berdakwah maupun orang yang mendapatkan ilmu darinya, mendapatkan pahala dari Allah.
Kelima, Syahru Jamaah (Bulan Berjemaah)
Pada bulan penuh berkah ini, banyak kegiatan yang dilakukan secara berjemaah. Jemaah menurut istilah dapat diartikan sebagai pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam. Contohnya, dalam melaksanakan ibadah sholat tarawih, sholat sunnah qiyamul lain yang hanya khusus dilaksanakan di bulan Ramadan.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepada saya 'Urwah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam keluar kamar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid. Maka orang-orang kemudian ikut shalat mengikuti shalat Beliau. Pada waktu paginya, orang-orang membicarakan kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul bertambah banyak, lalu ikut shalat dengan Beliau. Pada waktu paginya, orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga, orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk shalat dan mereka ikut shalat bersama Beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama'ah hingga akhirnya Beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah Beliau selesai shalat Fajar, Beliau menghadap kepada orang banyak kemudian Beliau membaca syahadat lalu bersabda: "Amma ba'du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan karenanya". Kemudian setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tradisi shalat (tarawih) secara berjamaah terus berlangsung seperti itu.
(Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1873 - Kitab Shalat Tarawih)
Keenam, Syahru Infaq (Bulannya Berinfak dan Sedekah)
Bulan ramadan mendidik kita untuk meningkatkan ruhul infaq dalam jiwa, yaitu infak dengan harta.
Infak menjadi salah satu ibadah sosial yang utama, karena mengandung pengertian bahwa selain berdampak nyata dalam membantu saudara muslim/orang lain yang mengalami kesulitan ekonomi, menafkahkan harta di jalan Allah tidak akan mengurangi harta tetapi harta yang kita miliki akan semakin bertambah. Infak berasal dari Bahasa Arab, "anfaqa" yang berarti membelanjakan harta atau memberikan harta. Perintah untuk berinfak tertuang dalam QS. Ali Imran: 133-134 yang berbunyi:
"Dan bersegeralah kamu kepada keampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang takwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik di waktu senang atau di waktu susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan".
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Syihab dari 'Ubaidallah bin 'Uqbah bahwa Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadha, ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadan (untuk membacakan Alquran) hingga Alquran selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus".
Demikian, semoga dengan persiapan menyambut ramadan, kita bisa maksimal melalukan ibadah wajib maupun sunnah sebagaimana Rasulullaah meneladani kepada ummatnya.
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadan bagi ummat Islam. In syaa Allah senantiasa sehat dan berkah. Aamiin.
***
Sumber:
Rangkuman kajian Keislaman tentang Ramadan bersama ustadzah pembimbing majelis ilmu.
Terjemahan Alquran
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Pustaka Ibnu Katsir
Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H