Jantung berdetak adalah karunia, nafas kita aja dipilihkan oleh Allah hanya oksigen yang masuk dari sekian kandungan zat yang ada di udara ini. Bukan karbondioksida atau yang lainnya.
Demikian juga virus bertebaran di sekeliling kita. Sebagian ada yang masuk di tubuh kita. Tapi semua Allah atur agar imun kita ada yang dijadikan semakin kuat dengannya. Takada yang nirmanfaat atas segala ciptaan-Nya. MasyaAllah.
Bahkan telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, hidung bisa mencium segala aroma, lidah dan mulut bisa bertutur kata, semua adalah nikmat Allah. Kalau kita merasa sengsara, judulnya cuma satu, kurang bersyukur. Kita nyaris tidak fokus dengan apa yang telah Allah beri, malahan fokus pada apa yang belum ada dan apa yang kita inginkan.
QS. An-Nahl Ayat 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
Allah memberikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kita bersyukur. Jadi, kita takperlu risau dengan karunia yang belum ada. Hati musti lapang dan tenang, karena sesungguhnya segala kenikmatan itu ada dalam genggaman-Nya dan diberikan kepada makhluk-Nya, bertambah-tambah malahan.
Justru yang kita risaukan adalah apa yang telah Allah berikan, tidak kita syukuri. Padahal jaminan dari Allah adalah  "La in syakartum la azidannakum wala in kafartum inna adzabi lasyadid." Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih. (QS.Ibrahim ayat 17)
Sesungguhnya yang membahayakan hidup kita adalah bukan karena nikmat yang belum ada, tetapi tidak adanya rasa syukur atas nikmat yang ada.
Jika kita belum punya pasangan atau jodohnya belum ada, misalnya, tetaplah bersyukur. Karena boleh jadi inilah kesempatan terbaik untuk berbakti kepada orang tua, mengurus mereka, sebelum nantinya menikah dan berumah tangga.Â
Sibuk dengan urusan keluarga kecil yang dibinanya. Ada tersedia waktu untuk bekerja dan bekarya sebaik mungkin. Banyak waktu tersedia untuk tilawah, hafalan Alquran dan murajaah (mengulang bacaan dan hafalan yang dimiliki), makin mendekat kepada Allah (taqarrub) dengan ibadah lainnya.
Allah akan melihat hamba-Nya, tahu bagaimana si fulan ini berupaya meningkatkan kualitas pribadi, membekali dirinya dengan ilmu sebagai calon kepala rumah tangga, atau si fulana bersiap diri menjadi calon istri dan ibu teladan bagi suami dan anak-anaknya kelak.
Jodoh itu juga bukan perkara ganteng atau cantiknya seseorang. Bukan pula dengan segala kriteria yang kita mau. Melainkan karena Allah yang menjodohkan dengan pasangan terbaik.Â
Urusan jodoh, serahkan kepada-Nya dan kita berusaha terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas pribadi agar Allah memberikan rezeki berupa jodoh.
Semoga, bagi pembaca yang belum berjodoh saat ini, takperlu risau dan galau. Semua karunia seluruhnya ada dalam kekuasaan Allah. Dan karunia itu baru berjumpa dengan kita jika Allah menghendaki. Ia memenuhi janji-Nya dan pasti ditepati.
***