Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Doa Rakyat untuk Tuan di Singgasana

9 Maret 2021   11:14 Diperbarui: 9 Maret 2021   12:00 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pedesaan di suatu siang.
Matahari begitu semangat memanggang.
Teriknya merasuk setiap jengkal tanah.
Tak kenal apa dan siapa tetap tersentuh oleh panasnya yang membuat gerah.

Pada kota nun jauh dari layang pandang anak desa
Hiruk pikuk manusia mengejar kuasa
Menginginkan tahta yang begitu menggiurkan jiwa
Takpuas hanya sekedar punya harta atau wanita

Elok atau takberadab, entahlah, seakan taklagi ada tempat dihati.
Nafsu telah menguasai dan merasuki.
Ujaran pongah nan jumawa sok menunjukkan nyali.
Bertarung mempertaruhkan harkat dan martabat diri.

Nun jauh di pelosok negeri,
Rakyat jelata bukan takpaham apa yang terjadi.
Hanya saja takmasuk akal untuk selalu dimengerti,
Atas setiap tingkah yang dilakukan oleh para petinggi.

Dalam puluhan jejak yang mereka pijak di atas lumpur
Terselip doa di tiap padi bertanah subur
Agar negeri bertambah makmur
Bukan malah carut marut seperti bunyi riak air dikumur.

Bulir padi yang bernas, tumbuh dari doa yang terpanjat ikhlas.
Hasil panen yang berbuah kebaikan, sampailah terhidang sajian di hadapan tuan.
Harap kiranya suasana gersang nan panas, makin meredup dan berganti dengan kesejukan hati lapang nan luas.

***

Gelisah hati di terik siang, 09032021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun