Pedesaan di suatu siang.
Matahari begitu semangat memanggang.
Teriknya merasuk setiap jengkal tanah.
Tak kenal apa dan siapa tetap tersentuh oleh panasnya yang membuat gerah.
Pada kota nun jauh dari layang pandang anak desa
Hiruk pikuk manusia mengejar kuasa
Menginginkan tahta yang begitu menggiurkan jiwa
Takpuas hanya sekedar punya harta atau wanita
Elok atau takberadab, entahlah, seakan taklagi ada tempat dihati.
Nafsu telah menguasai dan merasuki.
Ujaran pongah nan jumawa sok menunjukkan nyali.
Bertarung mempertaruhkan harkat dan martabat diri.
Nun jauh di pelosok negeri,
Rakyat jelata bukan takpaham apa yang terjadi.
Hanya saja takmasuk akal untuk selalu dimengerti,
Atas setiap tingkah yang dilakukan oleh para petinggi.
Dalam puluhan jejak yang mereka pijak di atas lumpur
Terselip doa di tiap padi bertanah subur
Agar negeri bertambah makmur
Bukan malah carut marut seperti bunyi riak air dikumur.
Bulir padi yang bernas, tumbuh dari doa yang terpanjat ikhlas.
Hasil panen yang berbuah kebaikan, sampailah terhidang sajian di hadapan tuan.
Harap kiranya suasana gersang nan panas, makin meredup dan berganti dengan kesejukan hati lapang nan luas.
***
Gelisah hati di terik siang, 09032021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H