Samarinda berduka.
Kemarin sore sekitar jam 16.00 sampai dengan 17.30 WITA, hujan lebat mengguyur ibukota Provinsi Kalimantan Timur.
Sempat saya membatin, siang jelang sore, tiba-tiba langit berubah mendung gelap. Seperti suasana maghrib. Saya sudah bersiap memfoto fenomena langit dari belakang rumah. Tetapi suara petir dan gemuruh guntur menderu, membuat saya urung mengabadikannya. Malah segera menutup pintu, mencabut semua yang terkontak dengan listrik.
Hanya dalam waktu satu setengah jam, banjir mengepung kota. Berita-berita bermunculan di media sosial. Termasuk banjir bandang yang tiba-tiba menerjang di Perumahan Bukit Pinang Batara RT.13 Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda.
Banjir bercampur lumpur menerjang kawasan perumahan yang bersinggungan langsung dengan bukit hijau yang jaraknya beberapa ratus meter dari rumah saya. Video rekaman kejadian bersliweran masuk ke WA saya. Banjir menggenang setinggi perut orang dewasa. Suami saya pun baru bisa sampai di rumah pukul 20.00 WITA.
Potongan gambar dan video kejadian banjir yang mengepung kota bisa pembaca simak melalui akun instagram Beritaterkinismr.
Tak disangka, pagi ini saya mendapat kabar duka.
Innalillahi wa inna illayhi raaji'uun
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Berita Duka. Telah berpulang ke Rahmatullah putri kedua Acil Rida, ARDELIA SHARAMITHA AZHARINE. Mohon doa. Semoga Arin diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.
Seketika saya menangis sesegukan, tak terbendung. Berkabar dengan sahabat yang lain, memastikan kebenaran berita tersebut.
Terbayang wajah Bunda Ria, temen satu grup pengajian dengan saya. Merasakan kehilangan mendalam atas berpulangnya anak tercinta.
Sesuai unggahan foto diatas, diperoleh kabar bahwa ananda Arin dan Ibunya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, usai menjenguk neneknya. Berhubung banjir melanda di Jl. Juanda dan Jl. Suryanata, mereka menyeberang jalan mengambil jalan pintas untuk bisa masuk gang yang dekat dengan rumah mereka.Â
Tak disangka, Arin memegang tiang listrik, refleks menjerit, lalu terjatuh ke air. Ibunya yang kaget sempat menahan tubuhnya, merasakan juga adanya kejut listrik tersebut. Warga yang melihat kejadian langsung menolong dan mengantar ke rumah sakit. Qadarullaah, Arin dipanggil keharibaan-Nya.
Arin adalah teman satu sekolah dengan anak saya semasa sekolah dasar. Namun berbeda pilihan ketika melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Almarhumah adalah anak yang baik, anak rumahan. Ayahnya pun baru saja berpulang sekitar setahun lalu.Â
***
Saya merenung. Kadang kita abai dengan berita dan info yang beredar. Disaat musim hujan dan banjir mengancam, harus selalu waspada dengan arus listrik yang mengintai. Tak hanya di dalam rumah, di jalanan pun kita musti peduli dengan keadaan sekitar. Arin yang tersengat dari sentuhan tiang listrik, membuat kita makin tersadar dengan bahaya tersebut.
Selamat jalan, Arin. Tugasmu telah purna di masa remaja. In syaa Allah menjadi cahaya mata hati ayah dan bunda, kakak dan adik, kerabat dan sahabat. Syurga menantimu, Nak. Kami berdoa terbaik untukmu. Allah menyayangimu, Aamiin.
***
Duka di 8 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H