Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mapan Turu"

1 Januari 2021   06:28 Diperbarui: 1 Januari 2021   06:38 4525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar sayaajarkan.com

Pas baca judul di atas, apa yang ada di benak kalian? 

Ya, benar! Itu bahasa jawa. Mapan, artinya memujurkan diri dengan tepat pada sesuatu, berbaring dengan pas. Turu, artinya tidur. Jadi, mapan turu itu bersiap berbaring dengan nyaman untuk tidur. Dan itulah yang saya lakukan semalam, saat anak-anak dan tetangga malah jedar-jeder main petasan dan kembang api yang meledak meriah di udara.

Tapi bukan juga bersiap berbaring dengan nyaman untuk tidur. MaPan TuRu adalah akronim dari MAlam penutuPAN TahUn baRU. Dirayakan hampir seluruh insan di dunia. Saya tidak turut merayakan dengan hingar bingar seperti membunyikan terompet, membakar jagung untuk cemilan, apalagi nimbrung bersama tetangga menemani anak-anak berpetasan ria.

Saya malah melakukan mapan turu yang sebenarnya.

Leyeh-leyeh sejenak, merenung perjalanan 2020 yang begitu memberikan kesan dan pesan. Kiranya, apakah 2021 saya bisa memanfaatkan kehidupan yang diberikan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala dengan sebaik-baik amanah dari-Nya?

Saya justru sering berpikir tentang kematian? Siapkah saya?

Sahabat dan keluarga ada yang telah berpulang keharibaan-Nya. Seperti yang pernah saya ulas di unggahan INI dan INI. Kematian selalu mengingatkan saya ketika mapan turu. Karena disaat jelang tidurlah, sebenarnya kita menyambut 'kematian kecil' sebelum 'kematian besar' datang. Saat ruh berada dalam genggaman-Nya. Suka-suka Sang Pemilik Nyawa akan mengembalikannya esok hari atau  hingga hari akhir nanti.

Butiran kristal mengalir dari netra yang penuh dosa. Berbisik lirik memohon ampun pada Yang Maha Kuasa. Istighfar dan lafadz dzikir mengiringi lelap. Berharap Allah izinkan saya masih terus sehat.

Pagi yang cerah dengan senyum di bibir merah, merekah tanda syukur atas nikmat dan karunia-Nya. Usai subuh berjamaah dengan suami, mencium tangan dan mencumbu keningnya, adalah bahagiaku yang sederhana memulai hari penuh suka cita. 

Meski hujan masih terus mengguyur, aroma petrikor selalu menguar menambah rasa optimis dari pori-pori tanahnya menyapa mahkluk, dinginnya suasana tak menciutkan hati untuk terus bersyukur dan beraktifitas. Bukankah aktifitas adalah bagian dari ibadah kepada DIA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun