Maaf, aku membakarnya.
Surat-suratmu telah lusuh.
Meski tersimpan kisah lama.
Tak berhasrat membaca lagi, hati ini tak mau kembali rusuh.
Maaf, aku membakarnya.
Cukup sudah aku menyimpan nostalgia.
Pun kamu tak lagi mau menulis sapa.
Rayu romantis itu telah punah antara kita.
Maaf, aku membakarnya.
Semua goresan pena di dalamnya telah luluh lantak
Terlahap api memerah, bergemeretak.
Tak menyisakan barang seujung sudut sampulnya.
Cukup sudah.
Kenangan memang tetaplah memori
Setidaknya memberikan arti
Bahwa dirimu -dulu- membersamai
Aku dan kau tak lagi kita.
Aku bahagia dengan masa depan.
Kau tenang dan nyaman bersama si dia.
Meski tak seiring sejalan sebagai pasangan,
Semoga aku dan kau tak lagi merindu dendam.
***
Jelang sore di Bukit Pinang, 14112020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H