Mohon tunggu...
Siska Aningdiyah
Siska Aningdiyah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang yang hobi menyuarakan pikiran, pendapat, dan uneg-uneg melalui sebuah tulisan

Hidup ini butuh hiburan serta liburan bukan hanya sekadar lemburan dan pikiran sehingga menjadi refresh bukan stress

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehat Itu Aset: Edema Serebri Mengubah Gaya Hidup

31 Oktober 2019   10:25 Diperbarui: 31 Oktober 2019   10:33 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Aset yang paling berharga adalah kesehatan itu benar adanya. Kok bisa? Bukankah aset yang berharga itu seperti rumah, mobil, perhiasan, dan lain-lain yang memiliki nilai jual tinggi? Eits, tidak. Coba bayangkan ketika kalian memiliki rumah mewah, ataupun mobil mewah tapi kalian mengidap suatu penyakit, apakah kalian bisa dengan nyaman menikmatinya?

Pastinya tidak, semua akan terasa tidak ada harganya. Namun beda hal ketika kalian memiliki kondisi badan yang sehat, walaupun memiliki kehidupan yang sederhana pasti kalian akan tetap bisa berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan akan merasa nyaman ketika hendak melakukan banyak hal yang kalian mau.

Sedikit cerita tentang pengalam pribadi saya. Saya adalah seorang yang mudah jatuh sakit, ketika kecapaian sedikit saya akan jatuh sakit. Di awal tahun 2019, saya mengalami sakit yang lebih parah daripada sakit - sakit saya yang biasanya. Saat itu saya masih duduk dibangku kelas 3 SMA. Ya wajar saja jatuh sakit, karena itu adalah masa dimana kegiatan sedang padat - padatnya untuk mempersiapkan diri menghadapi banyak ujian, mulai dari ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian masuk perguruan tinggi.

Apalagi kelas dimulai pukul 6 pagi hingga jam 3 lebih 15 sore dan dilanjutkan bimbingan belajar di luar sekolah yang kadang pukul 4 sore sampai pukul setengah 6 sore atau pukul setengah 7 malam hingga pukul 8 malam, belum lagi kalau ada tugas sekolah yang menumpuk dan sudah ada deadlinenya sendiri. Nah, awalnya ketika upacara sekolah saya merasa tidak enak badan, sesampainya di kelas napas saya sesak, langsung diambilkan alat bantu pernapasan dan tandu oleh teman saya, akhirnya saya di bawa ke sekolah.

Keesokan harinya saya  sudah pulih namun masih sedikit lemas. Di hari selanjutnya, saya merasa sakit kepala yang tidak dapat didefinisikan, kemudian saya di bawa ke rumah sakit oleh Ibu saya untuk periksa. Beberapa jam saya menunggu dokter di ruang tunggu bersama Ibu saya dan pasien lain, saya hampir merasa tidak kuat, akhirnya saya dibawa ke UGD namun untuk beristirahat sementara sampai menunggu dokter serta giliran saya.

Akhirnya giliran saya tiba, saya masuk ke ruang periksa bersama Ibu, dokter sempat menawarkan saya untuk rawat inap namun saya menolak karena saya memiliki trauma tersendiri untuk hal rawat inap, dan dokter memberi rujukan untuk menjalani CT Scan, jam sudah menunjukkan pukul 00.15 WIB, saya menunggu di depan ruang CT Scan karena alatnya baru saja dimatikan, beberapa menit menunggu akhirnya saya dipanggil oleh operatornya. 

Setelah menjalani pemeriksaan tersebut, saya di minta untuk menunggu hasilnya sekitar 5 hari. Keesokan harinya saya tidak masuk sekolah karena masih harus istirahat di rumah. Kemudian hari selanjutnya saya baru boleh masuk sekolah, kondisi saya masih sedikit lemas, kebetulan saat itu guru yang mengajar dikelas saya sedang sibuk, jadi kelas saya hanya diberikan tugas yang harus diselesaikan, di sela - sela itu saya harus bolak - balik ke kamar mandi karena rasanya ingin muntah tapi sulit sekali.

Sampai rumah saya langsung tidur, namun saya tidak kuat menahan rasa sakit di kepala, badan terasa panas dan kebetulan saat itu maag saya sedang kumat, saya menangis sejadi - jadinya, awalnya Ibu tidak tau kalau saya menahan sakit sendirian di kamar karena Ibu sedang memcuci baju di belakang rumah. Ketika Ibu masuk kamar saya, beliau langsung kaget melihat kondisi saya, akirnya selepas magrib saya dibawa ke rumah sakit tempat saya periksa, namun sayang kamar inap sedang penuh, akhirnya saya dibawa ke rumah sakit lain.

Setibanya di rumah sakit lain, saya langsung dimasukkan ke UGD dan ditangani lalu di bawa ke  kamar inap. Beberapa hari saya dirawat di rumah sakit tersebut dan hasil periksa yang didapatkan saya terkena tifus. Untuk hasil CT Scan dari rumah sakit satunya diambil oleh Kakak saya. Kemudian sehari setelah saya keluar dari rumah sakit, Ibu dan saya penasaran akan hasil CT Scan tersebut. Akhirnya selepas isya saya datang ke rumah sakit tempat dimana saya di CT Scan untuk memeriksakan hasilnya.

Dokter spesialis dalam yang memeriksan hasil CT Scan saya tersebut mengatakan bahwa saya terkena edema serebri atau pembengkakan otak yang mungkin disebabkan oleh Tokso karena saat itu saya ditanya kepala saya tidak pernah terbentur dan saya ditanya suka makan lalapan atu sate, saya jawab suka, serta ditanya apakah di rumah ada unggas jawaban saya ada, itulah yang dapat memicu penyakit ini, kemudian saya di pindah ke dokter speasialis saraf untuk penanganan selanjutnya.

Jarak beberapa harinya saya datang ke dokter yang dirujuk, dan saya diharuskan untuk menjalani rawat inap serta menjalani uji Tokso. Darah saya diambil sekitar 4 mili di hari pertama untuk dicek dan selang satu hari setelahnya diambil lagi dengan ukuran yang sama untuk diuji, untuk hasilnya harus menunggu sekitar satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit dan diketahui penyebabnya memang berasal dari Tokso, dan saya harus menjalani kontrol setiap 2 minggu sekali dalam jangka waktu sekitar 4 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun