Mohon tunggu...
Siska Amelia
Siska Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa institut agama Islam Syarifuddin

Tholabul ilmi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keajaiban otak: psikologi kognitif dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan

22 Desember 2024   16:18 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan kognitif merupakan proses penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir, memahami, dan memproses informasi sepanjang hidup individu. Pada masa kanak-kanak, perkembangan ini mencakup keterampilan dasar seperti mengenali pola, memahami bahasa, dan memecahkan masalah. Teori Jean Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap utama---sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal---yang membantu individu memahami dunia dengan lebih baik, dari berpikir logis hingga pengambilan keputusan. Sementara Piaget menekankan proses individual, Vygotsky (1978) juga menyoroti pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif melalui konsep zona perkembangan proksimal (ZPD), yang menunjukkan bagaimana dukungan dari orang lain dapat mempercepat pembelajaran.

Seiring bertambahnya usia, proses pengambilan keputusan menjadi lebih kompleks, terutama dalam konteks investasi dan karier. Kahneman dan Tversky (1979) menunjukkan bahwa pengambilan keputusan sering kali dipengaruhi oleh bias dan pertimbangan psikologis, di mana investor tidak selalu bertindak secara rasional. Prinsip pembingkaian atau framing effect berperan dalam cara individu merespons ketidakpastian, seringkali menghindari risiko dalam keputusan yang diambil. 

Dalam konteks organisasi, teori perilaku pengambilan keputusan yang diajukan oleh March dan Simon (1958) menyoroti pentingnya motivasi dan tujuan dalam proses tersebut. Belakangan ini, minat terhadap perilaku pengambilan keputusan kembali meningkat, dengan penekanan pada bagaimana individu dan kelompok membuat keputusan dalam konteks yang lebih luas. Fenomena kesulitan dalam membuat keputusan karier juga muncul, terutama di kalangan siswa dan mahasiswa yang berada dalam fase emerging adulthood. Mereka sering merasa bingung dalam menentukan pilihan karier, yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan kebutuhan untuk mengeksplorasi minat serta kemampuan mereka.

 

Pendekatan kognitif dalam konseling karier, seperti yang dijelaskan oleh Peterson et al. melalui teori Cognitive-Information Processing (CIP), dapat membantu individu memahami diri mereka dan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Teori Holland (1997) dan Super (1990) juga memberikan perspektif tentang bagaimana kesesuaian antara tipe kepribadian dan lingkungan kerja memengaruhi kepuasan karier, serta bagaimana perkembangan karier merupakan proses yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, perilaku tidak rasional dalam pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh konsep mental accounting dan self-efficacy. Mental accounting, yang diperkenalkan oleh Thaler (1985), menjelaskan bagaimana individu mengkategorikan dan mengevaluasi kemungkinan hasil, yang dapat mempengaruhi keputusan finansial mereka. Sementara itu, self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1978) mengacu pada penilaian individu terhadap kemampuan diri dalam mencapai tujuan yang diinginkan, yang pada gilirannya mempengaruhi tindakan mereka.

Adapun strategi dalam mengambil keputusan yang tepat melibatkan beberapa langkah penting yang harus dilakukan secara terstruktur. Pertama, mulailah dengan mengidentifikasi dan memahami masalah atau situasi yang membutuhkan keputusan. Pemahaman yang mendalam akan inti permasalahan membantu menghindari keputusan yang hanya berfokus pada gejala tanpa menangani akar penyebabnya. Kedua, kumpulkan informasi relevan dari berbagai sumber untuk memberikan perspektif yang lebih luas. Informasi ini bisa berupa data, pengalaman sebelumnya, atau masukan dari pihak terkait. Ketiga, analisis semua alternatif yang tersedia, mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, serta risiko dan manfaat dari masing-masing pilihan. Setelah itu, gunakan pendekatan logis dengan mempertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari keputusan yang akan diambil. Penting juga untuk melibatkan intuisi atau insting, terutama jika data yang tersedia masih terbatas. Setelah keputusan diambil, eksekusikan dengan langkah yang terencana dan evaluasi hasilnya untuk memastikan keputusan tersebut memberikan dampak yang diharapkan. Kesediaan untuk belajar dari hasil keputusan, baik berhasil maupun gagal, menjadi bagian penting dalam mengasah kemampuan pengambilan keputusan di masa depan.

Gaya pengambilan keputusan juga bervariasi, termasuk gaya mengarahkan, analitis, dan konseptual. Setiap gaya memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal toleransi terhadap ambiguitas dan pendekatan berpikir, yang dapat mempengaruhi hasil dari keputusan yang diambil. Secara keseluruhan, perkembangan kognitif, pengambilan keputusan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut saling terkait dan berkontribusi pada bagaimana individu menavigasi tantangan dalam hidup mereka, baik dalam konteks karier maupun investasi. Dengan memahami berbagai teori dan konsep yang mendasari pengambilan keputusan, individu dapat lebih baik dalam membuat pilihan yang tepat dan efektif dalam kehidupan mereka.

Refrensi:

Muhammad Tammam Fathin,PERSEPSI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KONSEP DIRI, DAN VALUES, Vol 5 No 10 Tahun 2024

Santrock, J. W. (2021). Life-Span Development (18th ed.). McGraw-Hill Education.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun